Kamis, 05 Mei 2016

tugas 4



SATUAN WAKTU
Pada pembahasan waktu, kita mengenal adanya satuan yang menjadi dasar pengukuran. Dasar pengukuran waktu ini disebut sebagai satuan waktu. Satuan waktu ini memiliki ketetapan waktu yang sama diseluruh dunia, hal ini telah diatur oleh suatu badan internasional yang bertugas dalam menentukan dan menetapkan dasar pengukuran. Dasar pengukuran yang telah ditetapkan akan dimasukan kedalam standar dari sistem internasional atau yang lebih dikenal sebagai satuan SI. Standar satuan waktu dalam satuan SI yang pertama yaitu detik atau second. Detik atau second  adalah satuan waktu dalam SI (Sistem Internasional, lihat unit SI) yang didefinisikan sebagai durasi selama 9.192.631.770 kali periode radiasi yang berkaitan dengan transisi dari dua tingkat hyperfine dalam keadaan ground state dari atom cesium-133 pada suhu nol kelvin (wikipedia.org ). Atau detik yang biasa digunakan yaitu satu detik adalah 1/60 dari satu menit, dan 1/3600 dari satu jam. Satuan waktu yang ada saat ini yaitu :
Jangka waktu dari yang terbesar hingga yang terkecil :
1.      Milenium 
2.      Abad  
3.      Dasawarsa  
4.      Windu  
5.      Tahun  
6.      Wuku 

7.      Bulan (Triwulan · Caturwulan · Semester · Musim)
8.      Minggu (Pekan)
9.      Hari (tanggal)
10.  Jam
11.  Menit
12.  Detik

Sejarah
Istilah second pada mulanya dikenal sebagai second minute (menit kedua), yang berarti bagian kecil dari satu jam. Bagian yang pertama dikenal sebagai prime minute (menit primer) yang sama dengan menit seperti yang dikenal sekarang. Besarnya pembagian waktu difokuskan pada 1/60, yaitu, ada 60 menit di dalam satu jam dan ada 60 detik di dalam satu menit. Hal ini disebabkan oleh pengaruh orang-orang Babylonia, yang menggunakan hitungan sistem berdasarkan Seksagesimal (basis 60).
Pada pengukuran jam digunakan sistem duodesimal (basis 12). Hal ini didasarkan pada metode pembagian hari yang digunakan oleh peradaban kuno Mediterania. Sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan program bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah program jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan program bilangan berbasis 12 didasarkan hendak total siklus bulan dalam setahun atau dapat juga didasarkan hendak banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan astronomi Mesir kuno tentang adanya 12 bintang di langit pada pada malam hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: sejak musim panas hari lebih panjang dibandingkan malam). Oleh sebab itu pembagian jam dalam satu hari pun berubah-ubah berdasarkan musimnya. Sistem waktu itu disebut dengan sistim waktu musiman.
Pada tahun 1956, International Committee for Weights and Measures (CIPM), di bawah mandat yang diberikan oleh General Conference on Weights and Measures (CGPM) kesepuluh pada tahun 1954, menjabarkan detik dalam periode putaran bumi di sekeliling matahari di saat epoch, karena pada saat itu telah disadari bahwa putaran bumi di sumbunya tidak cukup seragam untuk digunakan sebagai standar waktu. Gerakan bumi itu digambarkan di Newcomb's Tables of the Sun (Daftar matahari Newcom), yang mana memberikan rumusan untuk gerakan matahari pada epoch pada tahun 1900 berdasarkan observasi astronomi dibuat selama abad kedelapan belas dan sembilan belas. Dengan demikian detik didefinisikan sebagai 1/31.556.925,9747 bagian dari tahun matahari di tanggal 0 Januari 1900 jam 12 waktu ephemeris.
Definisi ini diratifikasi oleh General Conference on Weights and Measures kesebelas pada tahun 1960. Referensi ke tahun 1900 bukan berarti ini adalah epoch dari waktu hari matahari yang berisikan 86.400 detik. Melainkan ini adalah epoch dari tahun tropis yang berisi 31.556.925,9747 detik dari Waktu Ephemeris. Waktu Ephemeris (Ephemeris Time - ET) telah didefinisikan sebagai ukuran waktu yang memberikan posisi objek angkasa yang terlihat sesuai dengan teori gerakan dinamis Newton. Dengan dibuatnya jam atom, maka ditentukanlah penggunaan jam atom sebagai dasar pendefinisian dari detik, bukan lagi dengan putaran bumi.
Dari hasil kerja beberapa tahun, dua astronomer di United States Naval Observatory (USNO) dan dua astronomer di National Physical Laboratory (Teddington, England) menentukan hubungan dari hyperfine transition frequency atom caesium dan detik ephemeris. Dengan menggunakan metode pengukuran common-view berdasarkan sinyal yang diterima dari stasiun radio WWV, mereka menentukan bahwa gerakan orbital bulan di sekeliling bumi, yang dari mana gerakan jelas matahari bisa diterka, di dalam satuan waktu jam atom. Sebagai hasilnya, pada tahun 1967, General Conference on Weights and Measures mendefinisikan detik dari waktu atom dalam International System of Units (SI) sebagai durasi sepanjang 9.192.631.770 periode dari radiasi sehubungan dengan transisi antara dua hyperfine level dari ground state dari atom caesium-133. Ground state didefinisikan di ketidakadaan (nol) medan magnet. Detik yang didefinisikan tersebut adalah sama dengan detik efemeris.
Definisi detik yang selanjutnya adalah disempurnakan di pertemuan BIPM untuk menyertakan kalimat. Definisi ini mengacu pada atom caesium yang diam pada temperatur 0 K. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa realisasi detik dengan ketepatan tinggi harus mengompensasi efek dari radiasi sekelilingnya untuk mencoba mengekstrapolasikan ke harga detik seperti yang disebutkan di atas.

0 komentar:

Posting Komentar

Translate