Jumat, 30 Oktober 2015

HOTS



HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

Tri Kurniah Lestari
15709251065

  

A. Berpikir
Dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI offline) berpikir dapat diartikan sebagai penggunaan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Siti Nursaila (2015; 19) Thinking is an activity where mind used to decide and solve problems based on information and experiences in our daily life. Thinking is an abstract activity which usually happens during half conscious condition in order to solve problem. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa berpikir merupakan sebuah aktifitas dimana pikiran digunakan untuk mempertimbangkan, memutuskan dan mencari solusi dari suatu masalah berdasarkan informasi dan pengalaman didalam kehidupan sehari-hari.

B. Kemampuan Berpikir
            Menurut Mayer (dalam Nursaila; 2015) Thinking skill is ability to process mental operation includes knowledge, perception and creation. Dimaksudkan bahwa, Kemampuan berpikir merupakan suatu kemampuan dalam memproses operasi mental yang meliputi pengetahuan, persepsi dan penciptaan. Lebih lanjut Suriyana (dalam Nursaila, 2015) menyatakan bahwa thinking skill is an ability in using mind to find meaning and comprehension on something, exploration of ideas, making decision, problem solving with best consideration and revision on the previous thinking process. Suatu kemampuan berpikir merupakan sebuah kemampuan dalam menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi ide, mengambil keputusan, memikirkan pemecahan dengan pertimbangan terbaik dan merevisi permasalahan yang ada pada proses berpikir sebelumnya.
Sharifah Maimunah (dalam Nursaila, 2015) menambahkan bahwa Thinking skills is a knowledge discipline that can be learned and practised until form norm or experience. Kemampuan berpikir merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan dipraktekkan dalam bentuk norma atau pengalaman. Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir merupakan suatu kemampuan dalam mengolah pikiran untuk menemukan, mengeksplorasi, dan mengambil keputusan.
Kemampuan berpikir terbagi atas dua bagian yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skill atau biasa disingkat LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill atau HOTS).
Menurut Siti Nursaila (2015; 19) LOTS dapat didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara terbatas yang berfokus pada suatu aplikasi umum. LOTS memiliki dua level kognitif yaitu sebagai berikut :
1.      Mengingat: menghafal dan mengingat kembali informasi
2.      Memahami: menjelaskan ide atau konsep

C. HOTS
Menurut Malaysia Examination Syndicate (dalam Siti Nursaila, 2015)  Higher Order Thinking Skills (HOTS) is ability to apply knowledge, skills and values in making reasoning and reflection to solve problem, decision, innovation and ability to create something. Disini dimaksudkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dalam membuat penalaran dan refleksi untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, berinovasi dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Hal ini sebanding dengan yang dikemukakan oleh Newman and Wehlage (dalam Widodo, 2013) menyatakan bahwa ”HOT requires students to manipulate informations and ideas in ways that transform their meaning and implications, such as when students combine facts and ideas in order to synthesize, generalize, explain, hypothize, or arrive at some conclusion or interpretation. Disini dapat diartikan bahwa berpikir tingkat tinggi mengharuskan siswa untuk mengolah/ memanipulasi informasi dan gagasan yang dapat mengubah makna dan implikasinya, yaitu dengan cara menggabungkan fakta dan ide-ide untuk mensintesis, menggeneralisasi, menjelaskan, berhipotesis, sampai pada menarik kesimpulan atau interpretasi.
Menurut Al’Azzy dan Budiono (dalam winarso, 2014) berpikir tingkat tinggi adalah suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis. Selanjutnya, Alice Thomas dan Glenda (dalam yanuarti, 2012) menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi daripada sekedar menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang persis seperti sesuatu itu diceritakan kepada kita. Disini kita harus memahaminya, menghubungkan satu sama lainnya, mengkategorikan, memanipulasi, menempatkannya bersama-sama dengan cara-cara baru, dan menerapkannya dalam mencari solusi baru terhadap persoalan-persoalan baru.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan dalam mengolah dan menggabungkan informasi berupa fakta maupun gagasan-gagasan yang dapat diperoleh dengan cara mengingat,  memahami, menghubungkan, mengkategorikan, dan mengevaluasinya.

D. Taksonomi Bloom dalam HOTS
Arnellis (2014; 24) menyatakan bahwa berpikir merupakan suatu kemampuan kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Keterampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari. Menurut Bloom (dalam Arnelis, 2014) keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan yang paling abstrak dalam domain kognitif, yaitu meliputi analisis, sintesis, dan evaluasi. Lebih lanjut Arnellis (2014; 24) mengatakan bahwa taksonomi bloom dianggap merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Pemikiran ini didasarkan bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lebih umum. Sebagai contoh, kemampuan melibatkan analisis, evaluasi dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi. Dalam A revision of Bloom's Taxonomy: an overview-Theory in to Practice (dalam Arnellis, 2014) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi: menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Anderson dan Krathwohl (dalam Arnellis, 2014) merevisi taksonomi ini dengan mengklasifikasikan enam proses kognitif yang dapat dipelajari yaitu:
1.      mengingat            : menghafal dan mengingat kembali informasi
2.      memahami           : menjelaskan ide atau konsep
3.      mengaplikasikan : menerapkan informasi dalam situasi baru
4.      menganalisis        : menganalisis data menjadi komponen-komponen untuk
                               memahami dengan organisasi struktur dan hubungan antar
                               komponen
5.      mengevaluasi       : membuat penilaian berdasarkan kriteria tertentu
6.      menciptakan        : menyatukan elemen untuk membentuk ide atau struktur baru

Berikut ini merupakan bagan LOTS dan HOTS yang terdapat dalam Artikel The Level of Mastering Forces in Equilibrium Topics by Thinking Skills pada jurnal internasional Multicultural and Multireligious Understanding (2015; 20)

 












E. Penerapan dan Manfaat HOTS
Madhuri (dalam Siti Nursaila, 2015) menyatakan bahwa In order to provide opportunity to students in practicing HOTS, students should be in an active learning environment to increase curiosity and understanding in every subject learnt. Diartikan bahwa pada saat memberikan kesempatan kepada siswa dalam berlatih HOTS, siswa harus dalam lingkungan belajar aktif untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan pemahaman di setiap subjek belajar. Thomas dan Thorne (dalam Widodo, 2013) menyatakan bahwa bahwa HOTS dapat dipelajari, HOTS dapat diajarkan pada murid, dengan HOTS keterampilan dan karakter siswa dapat ditingkatkan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada perbedaan hasil pembelajaran yang cenderung hapalan dan pembelajaran HOTS yang menggunakan pemikiran tingkat tinggi.
Mc Loughlin and Luca (dalam Widodo, 2013) menyatakan bahwa HOT means the capacity to go beyond the information given, to adopt a critical stance, to evaluate, to have metacognitive awarness and problem solving capacities. Dikatakan pula bahwa dengan HOTS siswa menjadi pemikir yang mandiri, argument yang dikemukakan siswa dapat merupakan petunjuk kualitas kemampuan siswa. Penggunaan HOTS sebagai salah satu pendekatan pembelajaran menghasilkan aktivitas belajar yang produktif khususnya dalam interaksi socio-cognitive, misalnya dalam hal: (1) memberi dan menerima bantuan; (2) mengubah dan melengkapi sumber informasi; (3) mengelaborasi dan menjelaskan konsep; (4) berbagi pengetahuan dengan teman; (5) saling memberi dan menerima balikan; (6) menyelesaikan tugas dalam bentuk kolaboratif, dan (7) berkontribusi dalam menghadapi tantangan.

F. Contoh Soal Penerapan HOTS
Soal :   Sebuah perusahaan furnitur akan membuat dua jenis bangku berkaki- tiga dan berkaki-empat. Kedua jenis bangku ini menggunakan jenis kaki yang sama.  Pada suatu kesempatan perusahaan ini mendapat pesanan 340 kaki untuk 100 buah bangku.  Berapakah masing-masing jenis bangku yang akan diproduksi?
 Jawaban  :
Misal x = banyak bangku berkaki-tiga ;  y = banyak bangku berkaki-empat
   x + y = 100   ;   3x + 4y = 340
Dengan berbagai cara akan diperoleh 60 bangku berkaki-tiga dan 40 bangku berkaki-empat. Selanjutnya ajukan pertanyaan kemungkinan cara lain untuk mendapatkan jawaban yang sama.
Keterangan :
1.      Sebelum mengerjakan soal ini siswa diharapkan dapat mengingat dan memahami kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya.
2.      Selanjutnya siswa menerapkan pengetahuannya pada soal tersebut
3.      Siswa menganalisis data menjadi komponen-komponen (seperti : x = banyak bangku berkaki tiga; y = banyak bangku berkaki empat)
4.      Siswa membuat penilaian berdasarkan kriteria tertentu ( contoh :  x + y = 100; 3x + 4y = 340; menyelesaikan soal)
5.      Dari jawaban siswa ditanyakan kembali apakah ada kemungkinan cara lain yang dapat digunakan. (Menyatukan elemen untuk membentuk ide atau struktur baru)

G. Beberapa contoh kasus penelitian HOTS
Kasus Penelitian pada artikel yang ditulis oleh Siti Nursaila dengan judul The Level of Mastering Forces in Equilibrium Topics by Thinking Skills pada jurnal internasional Multicultural and Multireligious Understanding (2015; 22)
Pada kasus ini ketika diberikan pertanyaan LOTS, terdapat 73 siswa yang memberikan jawaban karena mengingat materi sementara hanya 38 siswa berhasil menjawab pertanyaan memahami materi. Situasi ini menunjukkan siswa hanya dapat menghafal definisi dan hanya mengidentifikasi jenisnya, mereka tidak bisa menegaskan kembali arti dari pertanyaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Untuk pertanyaan HOTS, jumlah siswa yang bisa menjawab pertanyaan semacam ini justru semakin rendah. Temuan ini koheren dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukiman dkk. (2012), Seman (2005), Rosnani Hashim & Suhaila Hamzah (2003), Wahidahwati (2003), Muhunthan (2002), Roslan (2001) Dan Yildirim (1994). Penelitian yang dilakukan oleh Supramani (2006), Seman (2005) Dan Yildirim (1994) menunjukkan bahwa didalam kelas guru selalu memberikan siswa pertanyaan dalam bentuk LOTS dan  HOTS. Hal ini karena dalam ujian penting untuk menguji kemampuan siswa untuk mengingat fakta-fakta. Dengan demikian, hal ini menyebabkan guru memilih untuk memberikan banyak fakta-fakta dan di sisi mereka merasa siswa harus menghafal dan mengetahui konsep pelajaran tertentu terlebih dahulu sebelum mereka berpikir bagaimana memecahkan masalahnya.

=====================================
Sumber :
Alias, Siti Nursaila dkk.2015. The Level of Mastering Forces in Equilibrium Topics by Thinking Skills.  International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 2, No. 5 : University Sains Malaysia, Pulau Pinang, Malaysia (diakses tanggal 28 oktober 2015)

Arnellis. 2014. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Matematika untuk Pembentukan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA : UNP (diakses tanggal 22 oktober 2015)

Widodo, Tri Dkk. 2013. Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan Th. Xxxii, No. 1 : Fmipa Universitas Negeri Semarang (diakses tanggal 24 oktober 2015)

Winarso, Widodo. 2014. Membangun Kemampuan Berfikir Matematika Tingkat Tinggi Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif Dan Induktif-Deduktif Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Eduma Vol.3 No.2 : IAIN Syekh Nurjati Cirebon (diakses tanggal 26 oktober 2015)

https://maghfirohyanuarti.wordpress.com/2012/01/07/pendekatan-hots-higher-order-thinking-skills/ (diakses tanggal 28 Oktober 2015)

0 komentar:

Posting Komentar

Translate