Senin, 02 November 2015

refleksi ke delapan



VALIDITAS dan RELIABILITAS
Tri Kurniah Lestari, S.Pd. 
15709251065


A. Validitas
1. Pengertian Validitas

Trianto (2011; 269) mengatakan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Lebih lanjut, Trianto mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan agar instrument memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji coba instrument.  
Menurut American Educational Research Association, American Psychological Association, and National Council on Measurement in Education (AERA, APA, and NCME) dalam Standards for Educational and Psychological Testing (dalam Retnawati, 2015), validitas merujuk pada derajat dari fakta dan teori yang mendukung interpretasi skor tes, dan merupakan pertimbangan paling penting dalam pengembangan tes (1999). Nunnally, Allen & Yen, Kerlinger, dan Syaifudin Azwar (dalam Retnawati, 2015)  mengemukakan bahwa validitas suatu alat ukur adalah sejauhmana alat ukur itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa validitas merupakan suatu alat ukuran yang merujuk pada derajat dari fakta dan teori yang ada untuk mendukung atau meningkatkan kesahihan suatu instrument.

2. Jenis Validitas
Menurut Zulkifli (2009, 89) Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau validitas kriteria. Pembahasan ketiga macam validitas tersebut yaitu :
a. Validitas Isi (Content Validity)
1) Pengertian Validitas Isi
Nunnally dan Fernandes (dalam Retnawati, 2015) mengatakan bahwa validitas isi suatu instrumen adalah sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur. Selanjutnya, Retnawati (2015; 2) mengatakan bahwa validitas isi terkait dengan analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur untuk mengetahui keterwakilan instrumen dengan kemampuan yang hendak diukur.

2) Pembuktian Validitas Isi
            Dalam pembuktian validitas isi, hasil yang diperoleh tergantung pada kesepakatan para ahli. Menurut Retnawati (2015; 3), untuk mengetahui kesepakatan ini, dapat digunakan indeks validitas, diantaranya dengan indeks yang diusulkan oleh Aiken (1980; 1985). Indeks validitas butir yang diusulkan Aiken ini dirumuskan sebagai berikut:


 
Dengan V adalah indeks validitas butir; s skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah dalam kategori yang dipakai (s = r – lo, dengan r = skor kategori pilihan rater dan lo skor terendah dalam kategori penyekoran); n banyaknya rater; dan c banyaknya kategori yang dapat dipilih rater. V merupakan indeks kesepakatan rater terhadap kesesuaian butir (atau sesuai tidaknya butir) dengan indikator yang ingin diukur menggunakan butir tersebut. Jika diterapkan untuk instrument pengukuran, menurut seorang rater maka n dapat diganti dengan m (banyaknya butir dalam satu instrumen). Indeks V ini nilainya berkisar diantara 0-1. (dalam Retnawati, 2015)

b. Validitas Konstruk (construct validity)
1) Pengertian Validitas Konstruk
Menurut Matondang (2009; 90), validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Sementara itu, Nunnally dan Fernandes (dalam Retnawati, 2015) mengatakan bahwa validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu yang hendak diukurnya. Menurut Retnawati (2015; 2-3) prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan seberapa jauhnya suatu instumen mampu mengukur dan mengungkap suatu hal (seperti konstruk teoritis) yang benar-benar hendak diukur dengan cara mengidentifikasi, memberi batasan pada variabel yang hendak diukur dan menyatakannya dalam bentuk konstruk yang logis.

2) Pembuktian Validitas Konstruk
Terdapat dua analisis faktor dalam membuktikan validitas konstruk yaitu (a) analisis faktor eksploratori (exploratory factor analysis, EFA); dan (b) analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis, CFA). Menurut Retnawati (2015; 8) EFA digunakan ketika model pengukuran dari konstruk instrument masih dicari ataupun dilakukan eksplorasi. Namun pada CFA, ketika model pengukuran telah ada teorinya, konstruk instumen tersebut tinggal dibuktikan atau dikonfirmasi. Pada CFA, membuktikan validitas konstruk ini khususnya menggunakan model pengukuran (measurement model). Menurut Khumaidi (dalam Retnawati) analisis dapat dilakukan dengan first order CFA, dan jika belum konklusif perlu dilakukan second order analysis.

b. Validitas Kriteria (Criteria validity)
1) Pengertian Validitas Kriteria
Fernandes (dalam Retnawati, 2015) mengatakan validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir bersamaan (concurrent validity). Hal senada juga disampaikan oleh Lawrence (dalam Retnawati, 2015) yang mengatakan bahwa tes dikatakan memiliki validitas prediktif bila tes itu mampu memprediksikan kemampuan yang akan datang. Dalam analisis validitas prediktif, performansi yang hendak diprediksikan disebut dengan kriteria. Besar kecilnya harga estimasi validitas prediktif suatu instrument digambarkan dengan koefisien korelasi antara prediktor dengan kriteria tersebut (Retnawati, 2015; 2).

2) Pembuktian Validitas Kriteria
Pada validasi model ini, diperlukan skor hasil pengukuran menggunakan instrumen lain yang lebih terstandar. Pendekatan analisisnya sering menggunakan yakni analisis dengan korelasi, misalnya korelasi product-moment.
Validitas kriteria diketahui dengan mengestimasi korelasi skor tes peserta dengan skor kriteria. Korelasi ini disebut dengan koefisien validitas (Linn & Gronlund, dalam retnawati, 2015) yang menyatakan derajat hubungan antara prediktor dengan kriteria.

==================================================
Retnawati, Heri. 2015. Membuktikan Validitas Instrumen dalam Pengukuran. Pendidikan Matematika FMIPA UNY. (diakses tanggal 01 November 2015)

Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana, Perdana Media Grup.

Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED.

1 komentar:

Janu Arlinwibowo mengatakan...

Reliabilitasnya? Baik jika dikasih ilustrasi dan alasan pemilihan jenis validasi dalam menjamin kesahihan instrumen.

Posting Komentar

Translate