Senin, 23 November 2015

Refleksi kedelapan



MASYARAKAT SEPERTIGA POWERNOW
Oleh : Tri Kurniah Lestari, S.Pd.
(15709251065)


Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu
Kembali pada hari selasa tanggal 10 November 2015 pertemuan kedelapan diadakan, tepatnya kurang lebih jam 11.10 sampai dengan 12.50 diruang 305b gedung lama pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta prodi pendidikan matematika kelas a dengan matakuliah filsafat ilmu dan dosen pengampuhnya adalah Prof. Dr. Marsigit MA.. Perkuliahan ini diawali dengan berdoa. Pada hari ini tidak diadakan tes tanya jawab singkat. Sistem perkuliahan yang digunakan adalah sistem pembelajaran konvensional, dan masih sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, yaitu lebih banyak mendengar dan merekam apa yang disampaikan oleh bapak. Perbedaan perkuliahan saat ini bapak menggunakan papan tulis dalam menjelaskan, disini bapak membuat dan menjelaskan peta pikiran (mind map) tentang keseluruhan topik mengenai ilmu filsafat dan filsafat dimata dunia.


Pertama-tama beliau menyampaikan bahwa apa yang akan beliau jelaskan juga pernah dijelaskan pada mahasiswa PEP dan telah dibuat refleksinya, beliau juga menyampaikan bahwa refleksi tersebut telah dipoostkan pada blog beliau. Beliau mengingatkan pula agar waspada terhadap ruang dan waktu, deadline ruang dan waktu terhadap koment yang masih sedikit. 

Kemudian beliau mulai menjelaskan, Yang ada dan yang mungkin kalau kita pikirkan kita mau memikirkan apanya ? yang kita pikirkan adalah sifatnya dan hubungan antara sifat-sifatnya. Kemudian strukturnya padahal yang ada dan mungkin ada itu memiliki berbagai sifat yang semilyar pangkat semilyar pun aku masih belum bisa menyebutkannya. Kalau aku bisa menyebutkan maka aku tidak akan bisa kembali. Menggunakan reduksi maka kita memiliki filsafat reduksionisme, memang manusia memiliki sifat sebagai seorang reduksivis, hidup itu pilihan, kita lahir tidak bisa memilih tetapi dipilihkan oleh Tuhan. Selanjutnya setelah kita diberikan otonomi, lahir itu otonom dari orang tua. Maka kita bisa memilih untuk batas-batas ruang dan waktu yang penting bagi kita. Maka kita memilih sifat-sifat yang kita pikirkan, terserah kita, tergantung kita mau membangun apa, mau membangun rumah tangga, mau membangun kepercayaan, mau membangun ilmu, nah, maka saya boleh lah memilih dua sifat ini, yang satu dengan yang lain saling beranti tesis, yang satu bersifat tetap yang satu bersifat berubah, tetap itu, seperti tetap saja saya manusia, kecil ya manusia, besar ya manusia, nanti kalau sudah jadi fosil tetap saja manusia, fosilnya manusia. Yang berubah juga jelas dari saat ke saat selalu berubah. Yang tetap tokohnya yaitu permenides, maka dikenal filsafatnya dikenal sebagai permenidesianisme. Dan yang berubah tokohnya heraklitos, maka filsafatnya yaitu heraklitosianisme. Manusia itu kan terbatas, dimensi lain mengatakan sangat sempurna, manusia itu sangat sempurna, seperti ayam itu sangat sempurna dibanding cacing, itu pandangan berdimensi. Nah, Yang bersifat tetap habitatnya didalam pikiran sedangkan yang berubah habitatnya diluar pikiran. Yang di dalam pikiran bersifat absolut atau ideal, maka kita mempunyai filsafatnya yaitu absolutism atau idealisme, tokohnya Plato atau disebut filsafatnya Platonisme. Yang diluar pikiran bersifat real atau nyata maka ada filsafat yang namanya realism, tokohnya yaitu Aristoteles. Yang dibawah itu relative munculah relatifisme, tokohnya enstein, nah jadi yang dibawah bersifat relative dan yang di atas bersifat tetap atau identitas, yaitu I samadengan I. Yang dibawah bersifat I tidak samadengan I atau kontradiksi, I pertama tidak sama dengan I kedua karna peduli terhadap ruang dan waktu. Sehebat-hebatnya metode, itu ada indikatornya. Indikatornya yaitu menuju kearah tidur, maka kalau saya bagus indikator metodenya yaitu mulai ngantuk (mahasiswa tertawa), coba lihat saja film yang paling bagus, pasti tertidur, ditambah dengan ruangan yang berac dan gedungnya bagus. Makanan pun begitu makanan yang enak adalah makanan yang membuat kita ngantuk, makanan yang enak itu “narkoba” (mahasiswa kembali tertawa), lah iya, langsung tertidur, awas hati-hati loh, warning, jangan sampai saya disalahkan, tidurnya itu tidur palsu. 

Selanjutnya,  dibawah memiliki dunia persepsi, persepsi itu pakai panca indra dilihat, diraba, dipegang, disikut, bola ditendang, dimana? Ada bolanya tadi aku tendang kok, maka kebenarannya ini adalah cocok atau korespondensi, maka muncullah filsafat korespondensionisme, yang diatas nilai kebenarannya yang penting konsisten, pikiran menjadi ilmu bila dia itu konsisten. Kamu bisa membuat apa saja silahkan, tak bermakna itu gak masalah, sepanjang dia ingin mempertahankan konsistensinnya. Misalkan x adalah alien, anda tetapkan definisi alien adalah sesuatu yang sesuatu yang sesuatu, itu adalah definisi, postulat, alien ditambah alien sama dengan alien, alien dioperasikan dengan alien adalah alien. Ada unsur identitas, sehingga alien itu dioperasikan dengan alien tetap sama dengan alien itu sendiri dan seterusnya hingga ketemu teoremanya, alien ke n ditambah dengan alien n+1 sesuai dengan deret bilangan bulat, yang penting konsisten. Dunia persepsi berarti, ini yang kongkrit ini yang abstrak, jadi didalam filsafat tidak sekedar abstrak dan tidak sekedar konkrit, antara konkrit dan real itu beda, konkrit itu anti tesisnya abstrak, real itu antitesisnya absolut atau ideal, menjelaskan itu bermacam-macam, misalnya definisi laki-laki adalah dst dst…, anda tahu wanita, laki-laki itu antithesis dari wanita, jelas gak? Kalau anda jelas berarti anda termakan mitos, antithesis dari wanita bukan hanya laki-laki tetapi juga banci, karna antithesisnya adalah selain wanita. Itu berarti anda berpikir, hati-hati jelas itu ancamannya adalah mitos. Jelas itu berhenti berpikir, artinya anda telah termakan mitos, kalau dalam filsafat anda berpikir. Oleh karna itu sifat yang di bawah ini adalah sintetik, jadi kalau saya kumpulkan semua yang ada ini (diluar pikiran, idealism, konkret, dan seterusnya) semuanya ini berkemistri, sama saja dengan nasi goring dan burger, kalau nasi goring itu ada minyak, nasi, garam, kecap, bawang, sedang burger ada roti, daging, dan lainnya, keduanya itu sudah berkemistri dengan dunianya masing-masing. Yang disini analitik, kamu mau bicara apa saja terserah yang penting logis, itu yang namanya analitik, analitiknya orang berkeluarga itu kenalan, saling mencinta, kenal keluarga, ada tahapannya, kemudian jadian, kemudian melamar, kalau sudah diterima berunding menetapkan tanggal (hari H), demikian seterusnya itu logika saja, sedang disini itu faktanya, disini sintetik dan disini analitik, sintetik itu ada tiga perkara, adanya saling terhubung (benda yang satu terhubung dengan benda yang lain, kemudian berlaku hukum sebab akibat, kemudian dia masuk dunia persepsi (dapat dipersepsikan). Nah ini adalah batasnya. Dikarenakan sifatnya seperti ini, menghasilkan sifat berikutnya, karna bersifat analitik dengan sendirinya otomatis akan bersifat apriori, karna cukup logis didalam pikiran maka pikiran ku bisa meneruskan logika dari ide sebelumnya keide berikutnya, wujudnya seperti apa terserah, tapi pikiranku bisa kesana itulah apriori. Analitik itu kemistrinya dengan apriori, contohnya seperti seorang dokter, kalau dokter melayani pasien, pasiennya melalui radio, dokternya di Jogja sedang pasiennya diKalimantan, Ps: “halo pak dokter”, Dk: “halo juga bu, ada apa bu?”, Ps:”ini pak dokter anak saya, panas dan batuk”, Dk: “Berapa hari panasnya?”, Ps:”sudah satu minggu”, Dk: “sudah minum obat belum?, batuknya kering apa basah? Umur anaknya berapa tahun?”, Ps:”belum dok, batuknya kering, umurnya delapan tahun”, Dk: “makannya gimana bu?”, Ps:”susah, gak mau makan”, Dk:”baik bu, terus suhunya sudah pernah dicek belum?”, Ps:”sudah katanya sih lebih dari 38 derajat, ini bu saya berikan resepnya tolong ditulis, ini saya berikan resepnya, ada yang mau ditanyakan lagi bu”, Ps:”tidak pak, terimakasih”, dokter ini tidak perlu melihat pasien tapi bisa memberikan resep, ini adalah analitik apriori, dia menggunakan konsep-konsep yang sudah dipelajari dan dia apriori atau paham walau tidak melihat pasiennya, ini juga berakibat dari adanya sintetik, maka akibatnya adalah aposteriori, kalau yang ini dokter hewan. Ps:”pak ini saya juga dari Kalimantan mau berobat juga lewat radio”, Dkh:”boleh bu, ada apa bu?”, Ps:”sapi saya sakit pak”, Dkh:”coba ditanya yang sakit di sebelah mana?”, Ps:”gak bisa pak”, Dkh:”yaitu ibu saja tidak bisa apa lagi saya, ibu tunggu minggu depan ya bu”, Ps:”mati sapi saya kalo minggu depan pak”, Dkh:” ok, kalau begitu nanti saya minta tolong teman saya yang ada diKalimantan kesitu untuk melihat keadaan sapi ibu”, tepuk belakang sapi langsung melompat, baru bilang Ooh ternyata sapi ibu ini cacingan maka dikasih obat cacing. Dokter disini itu, baru paham penyakitnya setelah melihat sapi yang sakit, itu yang namanya aposteriori. Sifat didunia itu seperti itu, inilah analitik apriori kemudian inilah cara berpikir yang dihasilkan pake rasio, lahirlah aliran rasionalisme, tokohnya Rene deskrates. Yang sintetik apriori sebagai hasil dari empirisisme, lahirlah aliran empirisisme, tokohnya David hume. 

Masing-masing dari aliran tersebut pada akhir abad ke 15 ini saling bersaing, dan terjadilah adu pertempuran hebat dalam bentuk ide antara david hume dan Rene deskrates, Rene deskrates mengatakan : “tiadalah ilmu kalau tidak berdasarkan rasio”, sedang david hume menjawab: “tiadalah ilmu kalau tidak dibangun di atas pengalaman”, sehingga lahirlah yang mendamaikan keduanya pada tahun 1671 yaitu alirannya Immanuel kant, “wahai kaum rasionalisme ketahuilah, engkau itu benar tapi ada salahnya, wahai kaum empiris ketahuilah bahwa engkau benar tapi juga ada salahnya. Deskrates engkau terlalu sombong, mendewa-dewakan rasio tetapi mengabaikan pengalaman, Davit hume engkau juga sombong, mendewa-dewakan pengalaman tetapi mengabaikan rasio, maka dengan ini aku damaikan, bacalah buku saya yang berjudul ‘The critic of politican’, supaya adil kamu Deskrates aku ambil apriorinya, kamu David hume aku ambil sintetiknya, dengan ini aku proklamirkan bahwa sebenar-benarnya ilmu adalah sintetik apriori, sintetik artinya cobalah, apriori artinya pikirkanlah, maka sebenar-benarnya filsafat ilmu adalah pikirkan pengalamanmu dan terapkanlah pikiranmu itu. Jadi, yang disini bersifat formal, lahirlah formalism, tokohnya gilbert, kemudian ada juga yang bersifat logis maka lahirlah logisme yang tokohnya adalah Sir Berthrand Rusel,  ini kalau dinaikan transendentalisme (diluar pikiran anda), sebenar-benarnya ayam itu adalah transenden bagi cacing, cacing tu gak ngerti dunia ayam, maka seenaknya saja dia berjalan diatas tanah, dipatuklah oleh ayam, maka engkau itu masing-masing adalah transenden bagi para adik-adikmu, para dewa adalah transenden bagi para daksa, pemimpin adalah transenden bagi para yang dipimpin, demikian seterusnya. subyek adalah transenden bagi obyeknya, subyek adalah transenden bagi sifat-sifatnya. “pak marsigit pakai baju kuning” sadar saya pakai baju kuning, tapi kuning tidak akan mengerti siapa itu pak marsigit. Maka pak Marsigit adalah transenden bagi si kuning itu. Identitas bersifat tunggal atau bersifat satu kebenarannya, dalil Pythagoras itu satu saja, “dalil Pythagoras tergantung situasinya, kalau yang orang cantik maka lebih akurat” masa Pythagoras ngerti orang cantik, “kalau yang pake orang tua maka Pythagoras rada-rada ngambek” masa begitu?. Ya tidak lah, dalil Pythagoras tetap satu tunggal tapi yang maha Tunggal sana ialah Spiritual, maka tunggal disini menjadi monisme (Maha Tunggal), “maha Tunggal apa?” keseluruhannya itu adalah kuasa Tuhan yang Maha Esa, “enak sekali kita membicarakan ini” ya karna ini berkemistri dengan kehidupan kita. Kalau saya gambarkan, ini dunia konkritnya, ini dunia formalnya, ini normatifnya, ini spiritualnya. Dan ini cocok dengan struktur Indonesia.

Tapi dengan segala pernak-perniknya disini ada jaman kegelapan, jaman dimana benar itu milik gereja, orang diluar gereja tidak boleh membicarakan tentang kebenaran apalagi mengklaim, apalagi mencari, semua harus sesuai dengan rekomendasi gereja, ini gak main-main korbannya banyak, kalau melanggar mati, salah satunya sisa-sisa peninggalannya yang masih ada walaupun sekarang sudah mulai ditinggalkan yaitu geosentris menuju heliosentris, karna gereja berpendapat, bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta, bintang-bintang sebagai gembali mengelilingi dunia sebagai bunda marianya (disini saya gak ngerti seperti apa narasinya yang lebih tahu orang-orang yang kegereja, saya hanya pernah sekilas membacanya seperti itu), sehingga dianalogikan dengan keyakinan. Diam-diam orang itu menggunakan pikirannya dengan dirintis oleh revolusi koperlikes, maka lahirlah filsafat koperlikusianisme. Dia menyelidiki dan ditulis tapi disembunyikan supaya tidak ketahuan, yang ketahuan itu dikira perdukunan, seperti Galileo galilei itu berusaha mengukur kecepatan suara dari dua bukit nyalakan api suaranya kesana diukur berapa, itu sudah menyalahi ketentuan gereja. Sehingga Galileo pun dibunuh, Bruno dibakar, pokoknya tidak boleh, dengan produk dengan koperlikus itu, kok mau melawan dan membantah sesuatu yang sangat besar yang diyakini oleh gereja, sampai sekarang saya belum pernah membaca bagaimana pembelaan dari gereja itu,  tapi scientific sudah jelas disana digunakan yang seakan-akan masih tetap menganulir kebenaran yang dibuat oleh gereja. 

Ternyata pusat itu bukanlah bumi, pusat itu matahari (heliosentris), bumi itu sebenarnya dia bergerak, dan berputar pada porosnya sambil berjalan. Selama hidup kita jika dilihat dari perjalanan bumi, kita itu tidak pernah berada ditempat yang sama, karna bumi berputar sambil bergeser mengeliling matahari, sehingga munculah beberapa filsuf seperti rene deskrates dan david hume ini, pasca Koperlikes. Dan muncul orang baru yang bernama Aguste kompte pada dua abad yang lalu, dia kuliah di Politeknik Paris, tapi dia drop out (gak lulus) akhirnya dia membuat buku filsafat, idenya begini : ”inilah sumber dari sumber segala kehidupan, berangkatnya dari sini, hai wahai para filsuf semuanya yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, kemari dan dengarkan baik-baik, kalian itu ngomong apa? Bagiku semua itu tidak ada artinya sama sekali, sekarang itu yang kongkrit-kongkrit saja, kita itu didunia butuh apa, gak usah kayak gitu berabad-abad hanya menghasilkan perdebatan, sampai Sokrates, galileo, dan Bruno dihukum mati. Sekarang itu praktis-praktis saja, kita itu mau membangun dunia, tidak hanya ngomong begitu saja. Maka dengarkan baik-baik kalau ingin membangun dunia, gak bisa kalau berlandaskan agama (spiritual), sebab menurut saya agama itu tidak logis (irrasional), kita itu ingin mebangun dunia yang rasional dan logis, maka agama itu diletakan ditempat yang paling bawah, diatasnya itu baru filsafat, dan yang paling atas itu kalau kita ingin membangun dunia kita harus menggunakan metode Positivisme atau scientific.” Ini lah benang merahnya kurikulum 2013, rawan tidak kurikulum 2013 berasal dari pemikiran dimana agama di marginalkan, apa gak nyaris itu ? berani-beraninya,  apa dia tidak ngerti dalam pengembangan kurikulum itu kalau asal usulnya begitu. Ini hanya sebagian dari aspek kehidupan manusia inilah yang kita sebut sebagai fenomena Aguste komte. Tapi dengan cara seperti ini kemudian, kemajuannya sangat pesat didunia. Sementara di Indonesia material, formal, normative, spiritual. Kita gagah, para pemuda kampung juga gagah sebelum ada teknologi, para ustad juga percaya diri, tetapi ini ternyata menembus ruang dan waktu, menembus dunianya termasuk dunia Indonesia, dengan ditopang oleh ilmu-ilmu dasar seperti matematika murni, biologi murni, fisika murni, dan kimia murni. Menghasilkan revolosi industrialisasi di dunia Barat, tanpa kita sadari kemudian menjelma arkait, tribal, tradisional, modern, postmodern, pospowernow (kontenporer). Indonesia kasihan, terjepit dia, cita-citanya besar tapi kenyataannya Indonesia itu kejepit. Bayangkan di dunia powernow spiritual itu hanya diletakan disini (dibawah), itulah gagalnya Belanda menjajah Indonesia, karna dia kurang didukung oleh spiritualisme, dia pada saat yang sama sudah mulai meninggalkan spiritual menuju powernow. Apabila dia didukung oleh spiritual, mungkin sampai skarang Belanda masih menjajah. Yang disokong oleh kapitalisme, pragmatisme, utilitarian, hedonism, materialism, liberalism, didukung setiap hari oleh hal ini, setiap pagi, siang, sore, malam, wanita, laki-laki, anak kecil, orang tua, yang baru nikah pun semuanya terko’optasi. Perkooptasi dibawah pengaruh kehidupan powernow, aku kalau internet dirumah buka yahoo, buka email atau blog saya, ketemu bu Retno kusuma dewi, saya semangati “semangat ya bu”, Bu Retno : “terimakasih pak”, itulah belajar dimanapun dan kapanpun. Buka yahoo itu adalah terasnya powernow, jadi kalo kamu mengaji, a: “kamu pengajiannya dimana? Kok bukanya yahoo?”, b: “maklum pak de ini pengajian anak-anak, kaula muda kalau ngaji tu kayak gini”. Nah setiap hari kita dibawah pengaruh itu, tidak berkutik, tanpa terkecuali termasuk saya juga. Jangan dikira fenomena Aguste komte ini yang disini makrum (menuliskan dipapan), anda belajar filsafat itu seperti ikan kecil dilaut, dimana lautnya sudah banyak tercemar oleh limbah powernor, jadi sudah banyak ikan yang mati. Kita-kita ini ada yang masih hidup, mungkin ada yang sudah mati, orang sufi ngomong, “saya melihat banyak orang hanya sedikit yang masih hidup, sebenar-benar yang aku lihat dia adalah mayat hidup karna didalam dirinya tidak doa satu penggal pun”, gantian sekarang filsuf yang berbicara “sebenar-benarnya yang aku lihat hanya sedikit orang yang masih hidup, diantara sekian orang hanya beberapa saja yang masih hidup yang lainnya mati, kenapa?, karna hanya sedikit dari mereka yang sedang berpikir dan yang lainnya tidak berpikir, sebenar-benar orang mati ialah yang tidak berpikir.  Indikatornya secara psikologi ya mulai ngantuk, mata belalang, maka muncul elegi logos berbicara dengan belalang (konteks bercanda). Maka ikan-ikan yang masih hidup itu belajar filsafat seperti kesatria bima, yang mencari wahyu penguripan perlitosari. Dia walaupun ditipu, walaupun difitnah dan sebagainya, dengan ketetapan hati dan percaya kepada yang kuasa, dengan intuisi dan ilmunya, dia ikuti saja jebakan-jebakan itu, diceritanya dia bisa mencapai dasar laut ketemu dewa laut. Anda juga begitu, ikan kecil ya ikan kecil, tapi ikan kecil yang tahu berbagai macam aliran air dari jaman yunani sampai jaman sekarang mana yang tercemar dan mana yang masih bersih dan seterusnya. Itu ibaratnya, sehingga kalau sudah mengetahui, ia bisa memposisikan diri sebagai ikan yang sehat nanti akan menghasilkan generasi yang sehat pula. 

Makro, aguste komte dua abad yang lalu. Mikronya, dimana fenomena komte mengalir terus, hidup itu pilihan (menuliskan alur fenomena komte dipapan). Jadi kalau anda beli handphone Samsung baru, saking asyiknya install program baru, asrhar lewat, magrib lewat, sampai larut tidak peduli dengan ibadahnya gara-gara Samsung baru. Itu yang dimaksud fenomena komte, karna fenomena komte ternyata memilih dunia dari pada akhirat, sedangkan didunia timur, ada solusinya, berdoalah seakan mau mati besok, berusahalah seakan-akan masih mau hidup seribu tahun lagi. Tanpa kecuali, termasuk pas marsigit juga termasuk. Astagfirullah, dapat kiriman gambar dihp, astagfirullahal’adhim mana tadi gambarnya (konteks bercanda, mahasiswa tertawa). Awalnya tidak sengaja, besoknya cari lagi yang lain, lama-lama jadi budaya, “dicari simpan, dicari simpan”, ada teman dekat, sendlah, “kamu saja, saya saja”. Tiba-tiba salah kirim kepada mertua. “apa ini?”, hati-hati, ini sangat mudah sekali, hanya beda satu huruf saja bisa salah alamat, inilah fenomena komte. Maka dikurikulum 2013 disini juga menunjukkan bahwa Indonesia ini semakin lemah dan semakin lemah diantara percaturan dunia. Saya ibaratkan seperti anak ayam yang kelaparan didalam rumahnya sendiri, sedangkan makelarnya kaya raya dan dipercaya, yang punya lumbung malah gak dipercaya. Sekarang ada makelar diplomasi, ini menunjukan bahwa Negara kita lemah. Orang lemah itu serba salah, begini salah begitu juga salah, dolar dinaikan rupiah anjlok, datang ke Amerika, ayo kita Negara diAsia saling bekerja sama, gak bisa jawab kita karna gak punya konsep. Ada sebenarnya tapi gak berani ngomong, itu pertanda kita sudah menjadi obyek. Jadi, cukup mengenaskan kita begitu juga dengan kurikulum 2013, maka sekarang kita dengan pelan tapi pasti, mau ya mau, tidak mau ya mau, tidak harus ya harus mengikuti derap langkah dan barisan powernow. Pelan tetapi pasti Indonesia akan menjadi cabangnya Negara powernow. Mana trisakti? Mandiri dibidang politik, sosial, dan budaya, budaya saja sudah dibisniskan sekarang, di Bali tarian bukan untuk ritual tapi untuk mencari duit, sehingga menjadi rutinitas saja. Pak menteri pendidikan, disuruh maju kedepan buat kurikulum 2013, dikelilingi oleh orang para powernow, menengok kebelakang rakyat Indonesia, semua sudah berpotensi dan berbondong-bondong mendaftar ingin jadi seperti powernow, ya sudahlah mau ngapain?, kecuali kita buat kurikulum yang sesuai saja, apapun mapelnya metodenya scientific, padahal scientific itu hanya fenomena menajam saja dari fenomena yang lain senin ketemu senin, awal tahun ketemu awal tahun, kalau tidak ada itu kita tidak bisa hidup, tidak ada ulang tahun tidak ada musim, coba kalo sore tidak ketemu sore, mau kemana kita? Ini sangat penting, jangan dikira cuma scientific saja hidupnya. Setiap titik ada tiga kehidupan kita, itu yang dinamakan heurmatika kehidupan, meniru bumi mengelilingi matahari. Kita tidak akan pernah bisa mengulang, seperti bumi ini juga tidak akan pernah bisa mengulang. Kok scientific ini saja yang menjadi tema untuk membangun Indonesia, tunggu saja saatnya, maka aku gencar sosialisasikan oleh mahasiswa, maka jangan dikira, anda itu saya hargai, direfleksikan oleh Tri kurniah, yang berikutnya Fitriani diperbaiki oleh pak Marsigit, saya kirimkan di ms, semua orang matematika baca disitu, terus aku taruh difacebook, friends saya banyak sekali yang dari Belanda dan Australi pada ngebaca semuanya. Sehingga orang ITB itu, orang matematika yang kesini mau akreditasi, sudah menyiapkan daftar pertanyaan. Kemudian Beliau melihat saya dan bertanya Pak Marsigit ya?, Bapak yang sering menulis diblog, Alhamdulillah saya ketemu orangnya. 

Berarti Scientific itu hanya sepertiganya dunia, maka peta dunia itu dimulai dari industrialism, teknological pragmatis, humanism, progresi, public educator, kurikulum 2013 disini lokasinya. Maka saya gencar, supaya mereka paham dan ngertilah, apalagi kurikulum 2013 itu dikembangkan tidak scientific, dia mengklaim pake metode scientific tapi pengembangannya tidak scientific, hanya berdasarkan ego, kepentingan sektoral atau kepentingan kelompok. Tidak plorkan, plorkan semuanya hanya untuk memenuhi syarat-syarat administrasi saja. Sehingga ketika ada sosialisasi di UNY sini dari P4TK yang datang, anak-anak kecil-kecil, dosen seperti saya disuruh bikin RPP, “siapa yang suruh? Kok bikin begitu saja tidak bisa-bisa, wong kalian gudangnya ilmuwan bikin RPP kok” nangis itu, maka sosialisasi kurikulum itu sembunyi-sembunyi tidak berani untuk adu argumentasi, paling ujung-ujungnya yang distel video orang yang di Jakarta itu. Itu kan mitos, kalau salah saya gak bisa protes. Banyak persoalan sebetulnya, satu aspek boleh dan  baik, tapi aspek yang lain beberapa bermasalah, secara fundamental masalahnya ialah karna scientific itu kemudian karna kita bangsa yang kecil, orang yang lemah pasti bingung, maka scientific disosialisasikan buat enak-enak tapi gak enak sebenarnya. Mengamati, menanya, mengasosiasi, mencoba, mengkomunikasi. Menanya, menanya apa? Gurunya bingung pakarnya juga bingung. Tapi karna Negara kita gamang, para ilmuwannya juga gamang, juga kerdil gak berani adu argument, sembunyi-sembunyi, maka ini dipelintir. Hipotesis yang diberikan, padahal gak ada makna, hipotesis itu sangat sepele, pendapat sementaramu itu apa? Kemudian dicoba apakah pendapatmu benar atau salah, di australi kelas dua, hipotesis itu sudah ada, wong cuma pendapat. Apa beratnya orang berpendapat? Kemudian mengkomunikasi, komunikasi itu seperti apa? Dari Aguste comte saja ada empat stage, yang terakhir adalah history. History dihilangkan menjadi mengkomunnikasikan. Kalau kita pikir manusia itu hidupnya bersejarah itu ranahnya ilmu-ilmu humaniora, pasti ada ceritanya pasti ada konsepnya pasti ada kualitatifnya, dan sebagainya. Tapi karna yang membuat ini adalah para pendekar-pendekar ilmu-ilmu dasar dengan teknologinya, ini umumnya adalah universitas tetangga sebelah, maka tidaklah mungkin menteri pendidikan itu dari IKIPie… termasuk tokoh-tokoh yang lainnya diambil dari orang-orang yang dianggap berjasa yang menjadi ujung tombak dari monster powernow dimana backbroundnya adalah mengeksploitasi alam. Indonesia dieksploitasi dari timur tinggal apa? Kita tinggal kebagian debu dan asapnya saja. “debu sama asap tinggal dicampur minyak jadi empek-empek jawa” (konteks bercanda). Maka karna kita bangsa yang lemah, Amerika, Eropa dan bangsa lainnya bahasa diplomasinya Cuma satu kata “infestasi”, lama kelamaan mereka jadi bosan karna apa lagi yang diinfestasikan banyak yang terbakar, maka muncullah broker, broker disini adalah Australia. Karna lemah kita gak percaya diri maka hanya sampai dipersimpangan jalan, tapi kalau kita kuat, Asia pasifik No, Singapur No, selatan India No, Australy No. Karna kita lemah Singapura ok, Australi datang kami menguasai, barang siapa mau ke Indonesia, Please contact me “singapura”. Sejak jaman dulu sebelum merdeka, orang Indonesia yang dipaksa bekerja, sedang singapur yang membuat pabriknya untuk diekspor ke Inggris. Negara kita besar tapi seperti anak ayam yang berhadapan dengan rajawali. 

Masalahnya karna kita sekarang juga menuju kepowernow maka ya diantara kita semua tanpa kecuali, saya pun masih terkena fenomena komte. Pernah saya berusaha menentang arus, saya tidak ingin terkena fenomena komte, saya tidak mau menggunakan hp, a: “tolong bu nanti jam dua saya di jemput” b: “ iya pak”, ternyata ada acara dikampus a: “aduh, aku sudah janjian jam dua sama ibu, gak bawa apa-apa”. Lari-lari saya cari wartel, semuanya tutup, ada satu yang buka, ketika dirumah di angkat, ternyata ibu sudah dalam perjalanan menjemput saya. Sampai dikampus a: “bu ternyata saya ada kegiatan lagi”, b:” bapak katanya suruh saya jemput, saya harusnya tidur siang bapakkkk…makanya disuruh bawa hape kok gak mau, ini hape ibu, pake hape ibu.” Mana tahan, dari gempuran setiap hari oleh fenomena komte. Dari dalam kandungan saja kita sudah digempur habis-habisan, ibu kalian lagi hamil, nah tempelin siapa tahu besok bisa nyanyi klasik. Jadi, jangan dikira fenomena komte itu harus pergi keluar negri baru terkena, a:”pak kelas ini mau pergi ziarah ke Yunani, kemakamnya plato, komte” (mahasiswa tertawa). Ingat Filsafat itu duniamu sendiri gak usah kemana-mana. 

Dari penejelasan diatas dapat dikatakan bahwa filsafat memiliki sejarah dari jaman Yunani yang dipisah menjadi dua bagian bagian yang ada dan mungkin ada. Dalam perkembangannya filsafat memiliki banyak tokoh yang mulai mengemukakan pendapatnya, namun ada juga jaman dimana mereka tidak bisa mengutarakan pendapatnya, yaitu pada jaman kegelapan atau masa kekuasaan gereja dimana semua semua kebenaran milik gereja dan yang melanggar dapat di hukum mati. Pada beberapa masa perkembangannya mulai muncul yang dinamakan fenomena komte dikalangan masyarakat dunia, semua orang tidak dapat menghindarinya. fenomena komte adalah fenomena dimana spiritual di taruh diposisi paling bawah dalam artian lain "disepelekan". fenomena komte mengakibatkan manusia yang ada didunia ini menjadi mayat hidup dimana kita hidup namun kita tidak berpikir. Saat ini fenomena komte juga merambat pada dunia pendidikan yaitu menjadi dasar lahirnya metode scientific dalam kurikulum 2013. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lemah, dan lemah berarti dapat dikendalikan oleh yang terkuat yaitu powernow. Saat ini bangsa Indonesia sudah mulai menjadi kaki tangan powernow, mudah dikendalikan dan menjadi tempat investasi pihak asing, serta menimbulkan banyak broker dikalangannya. Powernow memiliki kekuatan dengan memanfaatkan fenomena komte untuk mengendalikan Indonesia. Fenomena komte dapat diminimalisir apabila kita gencar dalam memahami ilmu spiritual dan ilmu filsafat, karna disitu kita diajarkan untuk menjadi manusia ikhlas, manusia yang berpikir kritis dan berani untuk terlibat dalam penyelesaian masalah, serta menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupannya. Sekali lagi saya serukan, perbanyaklah membaca, membaca dan membaca agar anda tidak termasuk kedalam masyarakat yang sepertiganya dikuasai oleh powernow.
Semoga Bermanfaat. 

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu

0 komentar:

Posting Komentar

Translate