Minggu, 18 Oktober 2015

Refleksi keempat



Fatal dan Vital
Oleh : Tri Kurniah Lestari, S.Pd.
(15709251065)

Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu
Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada selasa tanggal 29 September 2015 jam 11.10 sampai dengan 12.50 diruang 305b gedung lama pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta prodi pendidikan matematika kelas a pada matakuliah filsafat ilmu dengan dosen pengapuh pak marsigit. Perkuliahan ini diawali dengan tanya jawab cepat yang diberikan oleh pak marsigit. Bapak mengemukakan soal dan kami harus menjawab dengan cepat diselembar kertas. Keadaan kelas sedikit tegang karna tidak ada satu pun mahasiswa yang mengetahui adanya tes dihari itu. Pertanyaan yang dikemukakan ada beberapa yaitu :
1.      Siapa nama Anda?
2.      Berapa umur Anda?
3.      Kapan Anda dilahirkan?
4.      Kenapa Anda tidur?
5.      Siapakah yang Anda sayangi?
Setiap mahasiswa menjawab dengan pemahaman masing-masing, ketika lembar jawaban diperiksa, mahasiswa yang ada didalam kelas saat itu tidak satu pun yang benar-benar tahu akan jawaban yang benar. Saya pun ikut terkejut luar biasa. Satu pun jawaban saya tidak ada yang benar. Selanjutnya bapak mengingatkan kembali untuk membaca blog bapak sesering mungkin. Karna semua jawaban dari pertanyaan ada didalam tulisan-tulisan diblog bapak. Pak marsigit juga menyarankan untuk membaca blog secara ikhlas dan berdoa dulu sebelum membacanya.
Tes yang diadakan menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu dilanjutkan kembali dengan pemberian materi oleh pak marsigit. Sistem perkuliahan masih sama seperti 3 pertemuan sebelumnya, yaitu lebih banyak mendengar dan merekam apa yang disampaikan oleh bapak. Topik yang dibicarakan saat ini yaitu membahas mengenai pertanyaan yang diajukan secara lisan maupun tulisan.
Pertanyaan pertama diajukan oleh bu Retno, beliau mengatakan bahwa : “Mengapa manusia bisa tidur dan mengapa manusia bisa bangun?
Kemudian secara langsung bapak menjawab bahwa ini sama artinya dengan unsur dasar manusia seperti mengapa jantung manusia berdetak. Secara medis, elektrik, biologis pasti ada jawabannya tetapi itu semua tidak bisa dijadikan sebagai jawaban filsafat. Sebagaimana dengan pertanyaan seorang mahasiswa tentang bagaimana dengan orang yang mencari dzat Tuhan dengan menggunakan teknologi.
Bapak menjelaskan lebih lanjut bahwa belajar itu dieksistensikan, Filsafat itu dieksistensikan, bahkan agama juga dieksistensikan dari yang satu keagama yang lainnya misalkan agama hindu,  dibali itu semua  jenis itu sakral bahkan kentut (*maaf) saja sakral. Artinya segala sesuatu itu berada didalam pengaruh kuasa Tuhan, dalam islam bahkan difilsafat pun juga sama, semua zat berada didalam kuasa Tuhan. Di zaman filsafat yunani kuno juga begitu, salah satu filsuf Plotinus berpendapat bahwa dunia yang tercipta itu karena barokah atau leberan dari kuasa Tuhan dengan kata lain kalau ada orang yang berhasil menemukan zat Tuhan, maka tidak diherankan, kenapa ? rambut yang kita pegang juga zat Tuhan, zat dikarenakan kuasa tuhan semua itu, oleh karena itu hidup ini harus sesuai dengan kodratnya Tuhan, jika ingin hidup harmoni maka disisikan dengan kodrat tuhan, memberikan pada manusia yaitu takdirnya, ada dua macam yaitu fatal dan vital. Hidup fatal atau berserah diri pada takdir saja juga tidak bisa.
Kemudian bapak menceritakan tentang pengalamannya “saya juga pernah mengalami berbagai macam spiritual yang tidak bisa diterangkan dengan pikiran, dulu saya kecil saja seperti mirip selevel dengan ponari, kalau saya mimpi dicatat dan sebagainya, jaman nasional lotre di Cilacap  dulu yang belum dilarang, tetangga-tetangga pada datang ketempat saya, saya bermimpi dicatat dulu dan benar keluar nomornya, suatu ketika saya bermimpi ditemui seseorang, dan menyuruh saya beli nomor 40, termasuk bapak saya dulu membeli nomor 40 untuk beli sawah”. Jadi fatal saja tidak bisa, ikhtiar saja juga tidak bisa. Ikhtiar saja sangat pendek dan sangat temporer, kelihatannya ikhtiar anda dari penggalan cerita itu, padahal anda gak tahu bahwa secara keseluruhan Tuhan mempunyai skema yang kita tidak mampu melihatnya.
Pak Marsigit kembali melanjutkan ceritanya “saya SMA saja sudah ada yang menebak bahwa saya akan menjadi seorang professor, dan ketika saya sudah jadi professor baru saya mencocokannya ternyata maksudnya begitu. Ketika saya menjenguk kaka saya yang sakit, ada seorang kromo yang ngomong sama kaka saya, sayangnya kaka saya hanya ngomong sepenggal-sepenggal kepada saya, yang saya tahu bahwa saya jadi professor ini sudah diketahui oleh orang pintar pada saat itu.” Orang tidak bisa mendahului, kalau mendahului itu namanya sudah kena penyakit, penyakitnya yaitu yang tidak harmoni dengan kuasa Tuhan, kalau dalam agama itu masuk kedalam potensi hitam atau potensi buruk, dan jurusannya yaitu jurusan ke neraka. Jadi surga itu potensi baik sedang neraka merupakan potensi buruk, dan semua setan dan unsur-unsurnya itulah potensi buruk sedangkan malaikat dan unsur-unsurnya itu adalah potensi baik, dan manusianya hanya terdiri dari dua itu dan interaksinya. Jaman sekarang kelompok yang fatal seperti biksu yang ada di Birma sudah mulai minta listrik.
Ditekankan kembali bahwa hidup didunia ini terdiri atas yang fatal dan vital. Yang sudah terjadi dari masa lalu sampai dengan sekarang sudah jelas merupakan takdir tetapi takdir belum tentu mengenai yang sudah terjadi, yang sudah pasti terjadi itu takdir maka bagi orang-orang yang beriman kalau percaya takdir maka  pandai bersyukur. Apapun yang terjadi dimasa lampau itu jelas merupakan kehendak Tuhan, kalau kita mau mengembangkan iman kita harus seperti itu, harus pandai bersyukur dan akan menjadi calon penghuni surga, tidak mengumpat-ngumpat kejadian dimasa lampau, yang sudah ya disyukuri saja, tinggal yang belum nanti bagaimana baiknya.
Ketika ada orang yang mencari zat Tuhan dan membuat terowongan bermilyar-milyar terlihat dari sisi metode dan teknologi bagus karna semakin tinggi teknologinya semakin baik, namun dia mengklaim dengan teori bigbang, maka disini ada konsep yang dia pikirkan tentang Tuhan, konsep itu adalah sifat-sifat yang tergantung pada wadah dan isinya saja. Misalnya bilangan delapan, seribu kali engkau ucapkan bilangan delapan itu, dia tetaplah sebuah wadah. Isinya apa? Isinya ternyata Delapan handphone, handphone kau sebutkan seribu kali tetaplah hanya ucapan. Handphone yang mana? Handphone yang bisa disentuh ini, seribu kali kau menyentuh handphone tetaplah hanya sentuhan. Handphone yang mana? Yang ada didalamnya. Demikian seterusnya, ternyata setiap yang dipikirkan itu adalah sebuah wadah dan setiap yang aku sebutkan adalah isinya. Maka setiap yang aku pikirkan itu wadah sekaligus isinya. Seribu kali aku menyebutkan nasi dan nasinya datang, aku makan nah itu mah wadahnya, sebenar-benarnya nasi adalah kandungan didalamnya yaitu karbohidrat. Misalnya masuk kedalam arisan kampung jangan sampai semua nasi kenduri disebut karbohidrat kenduri atau nasi uduk disebut karbohidrat uduk, itu namanya tidak bisa menyesuaikan diri. Sebenar-benar orang cerdas adalah sopan santun terhadap ruang dan waktu.
Konsep Tuhan dalam filsafat disebut sebagai kausa prima, sebab pertama dan sebab utama, tiada sebab lain itu Tuhan dalam konsep filsafat dari sisi sebab akibat. Maka bisa ditebak pikiran para ahli eropa ini, jadi dengan demikian mereka pasti ingin mencari zat pertama dan zat utama. Yang seperti apa? pentingnya ilmu pengetahuan sehingga saya bisa melakukan sintesis, kalau dilihat teori yang dikembangkan ada yang namanya teori bigbang untuk penciptaan alam semesta, berarti teori ledakan. Maka dia cari benda yang akan dia ledakan seperti ledakan nuklir yang ada di terowongan bawah tanah yang besar itu, dan nanti kesimpulannya dia akan menemukan zat Tuhan, karna apa? Yah sah-sah saja, orang itu bisa mengatakan seperti itu, karna apa, karna orang awam tidak mungkin mengetahui ataupun paham, hanya orang dengan teknologi canggih seperti itulah yang mengetahui zat itu. Dia yang pertama mengetahui dan dia juga yang menjadi sebab dari ledakan itu. Tapi bagi orang yang belajar filsafat seperti saya itu bukanlah hal yang luar biasa. Itu kasusnya sama dengan aku menanam pohon cipir dihalaman rumah, pohon cipir itu kalau aku tanam dan dikasih siram air, satu minggu dia bertunas, nah luar biasa. Andai kata aku bisa menangkap, mengetahui kapan, dimana, zat seperti apa, antara dia duduk disitu sampai dia bertunas. Andai kata waktu aku rentangkan 1 miliyar tahun dari tunas yang berkembang itu yang mana? Dan cipir itu kalau sudah satu minggu, dua minggu dia mencari pohon untuk dililiti dan lilitannya selalu berlawanan ara dengan jarum jam, ada pohon lain yang searah dengan jarum jam, kalau aku rayu si pohon cipir, wahai cipir kenapa sih kamu termakan mitos, cobalah melilit searah jarum jam. Sedikit paksa juga boleh, aku ambil aku lepas dan aku ikat searah jarum jam masih saja kembali lagi, itu potensi maksudnya, kalau pada binatang disebut naluri sedang di manusia jadi intuisi, jadi kalau aku amati kok bisa-bisanya buah cipir itu mempunyai potensi begitu, kalau aku sambung dari dia belum bertunas sampai dengan bertunas maka sama saja sudah ketemu dengan zat Tuhan, atau dengan teknologi sederhana saja, pakai penglihatan kacamata saja wah luar biasa subahanallah, masyaAllah, Allahu’akbar, Allah Maha Besar, Tuhan Maha Kuasa, kok bisa ya ada benjolan ketika terkena air bisa membesar, kenapa ya?  jadi ketemunya zat Tuhan itu ada dimana-mana. Termasuk saya ketemu dengan istri saya, ada potensi karna saya di takdir beristri dengan istri saya dan istri saya ditakdirkan bersuami dengan saya. Itu ada potensi , potensi ketemu itu kapan ? dan ketemunya seperti apa? itu andai kata direntangkan dan di sambung-sambung kemudian tidak ada yang terputus. Sama seperti benih dan orang yang mencari zat Tuhan tadi. Maka saya bisa simpulkan sebenar-benarnya hidup adalah interaksi/ sintesis antara takdir dan ikhtiar, interaksi antara pasrah dan berusaha, pasrah saja tidak bisa, dalam bahasa analog pasrah beranalog dengan fatal beranalog  dengan takdir analog dengan doa analog dengan spiritual, sedang vital analog dengan berusaha, ikhtiar, dunia, manusia. Maka aku bisa mendefinisikannya sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara doa dan usahamu.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu

0 komentar:

Posting Komentar

Translate