Fatal dan Vital
Oleh
: Tri Kurniah Lestari, S.Pd.
(15709251065)
Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatu
Pertemuan
keempat ini dilaksanakan pada selasa tanggal 29 September 2015 jam 11.10 sampai
dengan 12.50 diruang 305b gedung lama pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta prodi pendidikan matematika kelas a pada matakuliah filsafat ilmu
dengan dosen pengapuh pak marsigit. Perkuliahan ini diawali dengan tanya jawab
cepat yang diberikan oleh pak marsigit. Bapak mengemukakan soal dan kami harus menjawab
dengan cepat diselembar kertas. Keadaan kelas sedikit tegang karna tidak ada
satu pun mahasiswa yang mengetahui adanya tes dihari itu. Pertanyaan yang
dikemukakan ada beberapa yaitu :
1. Siapa nama Anda?
2. Berapa umur Anda?
3. Kapan Anda dilahirkan?
4. Kenapa Anda tidur?
5. Siapakah yang Anda sayangi?
…
Setiap mahasiswa menjawab dengan pemahaman
masing-masing, ketika lembar jawaban diperiksa, mahasiswa yang ada didalam
kelas saat itu tidak satu pun yang benar-benar tahu akan jawaban yang benar. Saya
pun ikut terkejut luar biasa. Satu pun jawaban saya tidak ada yang benar. Selanjutnya
bapak mengingatkan kembali untuk membaca blog bapak sesering mungkin. Karna semua
jawaban dari pertanyaan ada didalam tulisan-tulisan diblog bapak. Pak marsigit
juga menyarankan untuk membaca blog secara ikhlas dan berdoa dulu sebelum
membacanya.
Tes yang diadakan menghabiskan waktu
sekitar 1 jam. Setelah itu dilanjutkan kembali dengan pemberian materi oleh pak
marsigit. Sistem perkuliahan masih sama seperti 3 pertemuan
sebelumnya, yaitu lebih banyak mendengar dan merekam apa yang disampaikan oleh
bapak. Topik yang dibicarakan saat ini yaitu membahas mengenai pertanyaan yang
diajukan secara lisan maupun tulisan.
Pertanyaan pertama diajukan oleh bu Retno,
beliau mengatakan bahwa : “Mengapa manusia bisa tidur dan mengapa manusia bisa
bangun?”
Kemudian
secara langsung bapak menjawab bahwa ini sama artinya dengan unsur dasar manusia seperti
mengapa jantung manusia berdetak. Secara medis, elektrik, biologis pasti ada
jawabannya tetapi itu semua tidak bisa dijadikan sebagai jawaban filsafat.
Sebagaimana dengan pertanyaan seorang mahasiswa tentang bagaimana dengan orang
yang mencari dzat Tuhan dengan menggunakan teknologi.
Bapak
menjelaskan lebih lanjut bahwa belajar itu dieksistensikan, Filsafat itu dieksistensikan,
bahkan agama juga dieksistensikan dari yang satu keagama yang lainnya misalkan
agama hindu, dibali itu semua jenis itu sakral bahkan kentut (*maaf) saja
sakral. Artinya segala sesuatu itu berada didalam pengaruh kuasa Tuhan, dalam
islam bahkan difilsafat pun juga sama, semua zat berada didalam kuasa Tuhan. Di
zaman filsafat yunani kuno juga begitu, salah satu filsuf Plotinus berpendapat
bahwa dunia yang tercipta itu karena barokah atau leberan dari kuasa Tuhan
dengan kata lain kalau ada orang yang berhasil menemukan zat Tuhan, maka tidak diherankan,
kenapa ? rambut yang kita pegang juga zat Tuhan, zat dikarenakan kuasa tuhan
semua itu, oleh karena itu hidup ini harus sesuai dengan kodratnya Tuhan, jika
ingin hidup harmoni maka disisikan dengan kodrat tuhan, memberikan pada manusia
yaitu takdirnya, ada dua macam yaitu fatal
dan vital. Hidup fatal atau berserah
diri pada takdir saja juga tidak bisa.
Kemudian
bapak menceritakan tentang pengalamannya “saya
juga pernah mengalami berbagai macam spiritual yang tidak bisa diterangkan
dengan pikiran, dulu saya kecil saja seperti mirip selevel dengan ponari, kalau
saya mimpi dicatat dan sebagainya, jaman nasional lotre
di Cilacap dulu yang belum dilarang, tetangga-tetangga
pada datang ketempat saya, saya bermimpi dicatat dulu dan benar keluar
nomornya, suatu ketika saya bermimpi ditemui seseorang, dan menyuruh saya beli
nomor 40, termasuk bapak saya dulu membeli nomor 40 untuk beli sawah”.
Jadi fatal saja tidak bisa, ikhtiar saja juga tidak bisa. Ikhtiar saja sangat
pendek dan sangat temporer, kelihatannya ikhtiar anda dari penggalan cerita
itu, padahal anda gak tahu bahwa secara keseluruhan Tuhan mempunyai skema yang
kita tidak mampu melihatnya.
Pak
Marsigit kembali melanjutkan ceritanya “saya
SMA saja sudah ada yang menebak bahwa saya akan menjadi seorang professor, dan
ketika saya sudah jadi professor baru saya mencocokannya ternyata maksudnya
begitu. Ketika saya menjenguk kaka saya yang sakit, ada seorang kromo yang
ngomong sama kaka saya, sayangnya kaka saya hanya ngomong sepenggal-sepenggal
kepada saya, yang saya tahu bahwa saya jadi professor ini sudah diketahui oleh
orang pintar pada saat itu.” Orang tidak bisa mendahului, kalau mendahului
itu namanya sudah kena penyakit, penyakitnya yaitu yang tidak harmoni dengan
kuasa Tuhan, kalau dalam agama itu masuk kedalam potensi hitam atau potensi
buruk, dan jurusannya yaitu jurusan ke neraka. Jadi surga itu potensi baik
sedang neraka merupakan potensi buruk, dan semua setan dan unsur-unsurnya
itulah potensi buruk sedangkan malaikat dan unsur-unsurnya itu adalah potensi
baik, dan manusianya hanya terdiri dari dua itu dan interaksinya. Jaman
sekarang kelompok yang fatal seperti biksu yang ada di Birma sudah mulai minta
listrik.
Ditekankan
kembali bahwa hidup didunia ini terdiri atas yang fatal dan vital. Yang sudah
terjadi dari masa lalu sampai dengan sekarang sudah jelas merupakan takdir
tetapi takdir belum tentu mengenai yang sudah terjadi, yang sudah pasti terjadi
itu takdir maka bagi orang-orang yang beriman kalau percaya takdir maka pandai bersyukur. Apapun yang terjadi dimasa
lampau itu jelas merupakan kehendak Tuhan, kalau kita mau mengembangkan iman
kita harus seperti itu, harus pandai bersyukur dan akan menjadi calon penghuni
surga, tidak mengumpat-ngumpat kejadian dimasa lampau, yang sudah ya disyukuri
saja, tinggal yang belum nanti bagaimana baiknya.
Ketika
ada orang yang mencari zat Tuhan dan membuat terowongan bermilyar-milyar
terlihat dari sisi metode dan teknologi bagus karna semakin tinggi teknologinya
semakin baik, namun dia mengklaim dengan teori bigbang, maka disini ada konsep yang
dia pikirkan tentang Tuhan, konsep itu adalah sifat-sifat yang tergantung pada
wadah dan isinya saja. Misalnya bilangan delapan, seribu kali engkau ucapkan
bilangan delapan itu, dia tetaplah sebuah wadah. Isinya apa? Isinya ternyata Delapan
handphone, handphone kau sebutkan seribu kali tetaplah hanya ucapan. Handphone
yang mana? Handphone yang bisa disentuh ini, seribu kali kau menyentuh
handphone tetaplah hanya sentuhan. Handphone yang mana? Yang ada didalamnya. Demikian
seterusnya, ternyata setiap yang dipikirkan itu adalah sebuah wadah dan setiap
yang aku sebutkan adalah isinya. Maka setiap yang aku pikirkan itu wadah
sekaligus isinya. Seribu kali aku menyebutkan nasi dan nasinya datang, aku
makan nah itu mah wadahnya, sebenar-benarnya nasi adalah kandungan didalamnya
yaitu karbohidrat. Misalnya masuk kedalam arisan kampung jangan sampai semua
nasi kenduri disebut karbohidrat kenduri atau nasi uduk disebut karbohidrat
uduk, itu namanya tidak bisa menyesuaikan diri. Sebenar-benar orang cerdas
adalah sopan santun terhadap ruang dan waktu.
Konsep
Tuhan dalam filsafat disebut sebagai kausa prima, sebab pertama dan sebab
utama, tiada sebab lain itu Tuhan dalam konsep filsafat dari sisi sebab akibat.
Maka bisa ditebak pikiran para ahli eropa ini, jadi dengan demikian mereka pasti
ingin mencari zat pertama dan zat utama. Yang seperti apa? pentingnya ilmu
pengetahuan sehingga saya bisa melakukan sintesis, kalau dilihat teori yang
dikembangkan ada yang namanya teori bigbang untuk penciptaan alam semesta,
berarti teori ledakan. Maka dia cari benda yang akan dia ledakan seperti
ledakan nuklir yang ada di terowongan bawah tanah yang besar itu, dan nanti
kesimpulannya dia akan menemukan zat Tuhan, karna apa? Yah sah-sah saja, orang
itu bisa mengatakan seperti itu, karna apa, karna orang awam tidak mungkin
mengetahui ataupun paham, hanya orang dengan teknologi canggih seperti itulah
yang mengetahui zat itu. Dia yang pertama mengetahui dan dia juga yang menjadi
sebab dari ledakan itu. Tapi bagi orang yang belajar filsafat seperti saya itu
bukanlah hal yang luar biasa. Itu kasusnya sama dengan aku menanam pohon cipir
dihalaman rumah, pohon cipir itu kalau aku tanam dan dikasih siram air, satu
minggu dia bertunas, nah luar biasa. Andai kata aku bisa menangkap, mengetahui
kapan, dimana, zat seperti apa, antara dia duduk disitu sampai dia bertunas. Andai
kata waktu aku rentangkan 1 miliyar tahun dari tunas yang berkembang itu yang
mana? Dan cipir itu kalau sudah satu minggu, dua minggu dia mencari pohon untuk
dililiti dan lilitannya selalu berlawanan ara dengan jarum jam, ada pohon lain
yang searah dengan jarum jam, kalau aku rayu si pohon cipir, wahai cipir kenapa
sih kamu termakan mitos, cobalah melilit searah jarum jam. Sedikit paksa juga
boleh, aku ambil aku lepas dan aku ikat searah jarum jam masih saja kembali
lagi, itu potensi maksudnya, kalau pada binatang disebut naluri sedang di
manusia jadi intuisi, jadi kalau aku amati kok bisa-bisanya buah cipir itu mempunyai
potensi begitu, kalau aku sambung dari dia belum bertunas sampai dengan bertunas
maka sama saja sudah ketemu dengan zat Tuhan, atau dengan teknologi sederhana
saja, pakai penglihatan kacamata saja wah luar biasa subahanallah, masyaAllah,
Allahu’akbar, Allah Maha Besar, Tuhan Maha Kuasa, kok bisa ya ada benjolan
ketika terkena air bisa membesar, kenapa ya? jadi ketemunya zat Tuhan itu ada dimana-mana. Termasuk
saya ketemu dengan istri saya, ada potensi karna saya di takdir beristri dengan
istri saya dan istri saya ditakdirkan bersuami dengan saya. Itu ada potensi ,
potensi ketemu itu kapan ? dan ketemunya seperti apa? itu andai kata
direntangkan dan di sambung-sambung kemudian tidak ada yang terputus. Sama seperti
benih dan orang yang mencari zat Tuhan tadi. Maka saya bisa simpulkan
sebenar-benarnya hidup adalah interaksi/ sintesis antara takdir dan ikhtiar,
interaksi antara pasrah dan berusaha, pasrah saja tidak bisa, dalam bahasa
analog pasrah beranalog dengan fatal beranalog
dengan takdir analog dengan doa analog dengan spiritual, sedang vital
analog dengan berusaha, ikhtiar, dunia, manusia. Maka aku bisa
mendefinisikannya sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara doa dan
usahamu.
Wassalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakatu
0 komentar:
Posting Komentar