JODOH ITU RELATIF
Oleh : Tri
Kurniah Lestari, S.Pd.
Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi
wabarakatu
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada
selasa tanggal 13 Oktober
2015 jam 11.10 sampai dengan 12.50 diruang 305b gedung lama pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta prodi pendidikan matematika kelas a pada
matakuliah filsafat ilmu dengan dosen pengapuh Prof. Dr. Marsigit, M.A.. Perkuliahan ini kembali diawali dengan tanya
jawab cepat yang diberikan oleh pak marsigit. Bapak mengemukakan soal dan kami
harus menjawab dengan cepat diselembar kertas. Keadaan kelas tetap terlihat tegang karna setiap orang masih
bertanya-tanya dalam hatinya mengenai soal yang akan diberikan oleh bapak. Pertanyaan
yang dikemukakan yaitu mengenai istilah-istilah filsafat, yang disajikan
sebagai berikut :
No
|
Soal
|
Jawaban
|
No
|
Soal
|
Jawaban
|
1
|
Apa filsafatnya yang tersembunyi?
|
Metafisika
|
26
|
Apa filsafatnya yang berubah?
|
heraklitos
|
2
|
Apa filsafatnya yang kelihatan?
|
Realisme
|
27
|
Apa filsafatnya yang tetap?
|
absolutisme
|
3
|
Apa filsafatnya yang terdengar?
|
Realisme
|
28
|
Apa filsafatnya yang tidak pasti?
|
relatifisme
|
4
|
Apa filsafatnya yang dapat dipegang?
|
Realisme
|
29
|
Apa filsafatnya mencoba?
|
saintisisme
|
5
|
Apa filsafatnya tujuan?
|
idealisme
|
30
|
Apa filsafatnya pengalaman?
|
empirisisme
|
6
|
Apa filsafatnya hasil?
|
sintesis
|
31
|
Apa filsafatnya khayalan?
|
fiksionisme
|
7
|
Apa filsafatnya beda?
|
kontradiksi
|
32
|
Apa filsafatnya ragu-ragu?
|
skeptisisme
|
8
|
Apa filsafatnya arwah?
|
noumena
|
33
|
Apa filsafatnya batu?
|
materialisme
|
9
|
Apa filsafatnya yang ada?
|
eksitensiensi
|
34
|
Apa filsafatnya cinta?
|
romantisisme
|
10
|
Apa filsafatnya yang sama?
|
identitas
|
35
|
Apa filsafatnya manfaat?
|
utilitarisme
|
11
|
Apa filsafatnya di luar?
|
transenden
|
36
|
Apa filsafatnya pasrah?
|
fatalisme
|
12
|
Apa filsafatnya yang di dalam?
|
intersin
|
37
|
Apa filsafatnya berusaha?
|
fitalisme
|
13
|
Apa filsafatnya yang di luar?
|
ektensif
|
38
|
Apa filsafatnya bahasa?
|
analogi
|
14
|
Apa filsafatnya yang tinggi?
|
transenden
|
39
|
Apa filsafatnya yang benar?
|
epistimologi
|
15
|
Apa filsafatnya yang jauh?
|
teleologi teori Imanuel Khan
|
40
|
Apa filsafatnya yang salah?
|
validisme
|
16
|
Apa filsafatnya yang besar?
|
makrokosmis
|
41
|
Apa filsafatnya memilih?
|
reduksisme
|
17
|
Apa filsafatnya yang kecil?
|
mikrokosmis
|
42
|
Apa filsafatnya terpisah?
|
separatisme
|
18
|
Apa filsafatnya jika maka?
|
koherentisme
|
43
|
Apa filsafatnya tuntas?
|
radikalisme
|
19
|
Apa filsafatnya berpikir?
|
sintesis
|
44
|
Apa filsafatnya menentukan?
|
diterminisme
|
20
|
Apa filsafatnya konsisten?
|
koherentisme
|
45
|
Apa filsafatnya sejarah?
|
hegelialisme
|
21
|
Apa filsafatnya tautologi?
|
koherentisme
|
46
|
Apa filsafatnya kuasa?
|
makiafelisme
|
22
|
Apa filsafatnya matematika murni?
|
koheretisme
|
47
|
Apa filsafatnya mengabaikan?
|
abstraksi
|
23
|
Apa filsafatnya bertanya?
|
dialegtisisme
|
48
|
Apa filsafatnya efisien?
|
pragmatisme
|
24
|
Apa filsafatnya menjawab?
|
dialegtisme
|
49
|
Apa filsafatnya sebab utama?
|
kausa prima
|
25
|
Apa filsafatnya yang tetap?
|
permenides
|
50
|
Apa filsafatnya sebab pertama?
|
kausa prima
|
Seperti pada minggu lalu setiap mahasiswa
menjawab dengan pemahaman masing-masing, ketika lembar jawaban diperiksa, ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai yang
baik, dan ada yang masih sama seperti sebelumnya. Dan lagi-lagi satu
pun jawaban saya tidak ada yang benar. Selanjutnya bapak mengingatkan kembali
untuk membaca blog bapak sesering mungkin.
Tes yang diadakan menghabiskan
waktu sekitar 1 jam. Setelah itu dilanjutkan kembali dengan pemberian materi
oleh pak marsigit. Sistem perkuliahan masih sama seperti 3 pertemuan
sebelumnya, yaitu lebih banyak mendengar dan merekam apa yang disampaikan oleh bapak.
Topik yang dibicarakan saat ini yaitu membahas mengenai pertanyaan yang
diajukan secara tulisan.
Pertanyaan
pertama diajukan oleh saudari Azmi yulianti, beliau menanyakan “Apakah
jodoh bersifat relatif?”
Kemudian bapak
mulai menjawab dengan mengatakan “ kita pertama-tama posisikan dulu filsafat
itu sebagai olah pikir. Kemudian tetapkan
tataran dimensinya mulai dari bawah sampai atas yaitu mulai dari yang paling bawah yaitu material hingga
yang paling atas yaitu spiritual dan diantara material dan spiritual itu ada
normatif. Masalah jodoh itu harus dijelaskan apakah
dia perkawinan, percintaan, atau pernikahan.
Sehebat
hebat pikirankku tidaklah aku mampu
menjelaskan semua perasaanku,
walaupun aku
manusia setengah dewa. Seperti raja Thailand
yang dianggap setengah dewa bagi raktyatnya tetapi tetaplah dia tidak akan mampu menjelaskan semua
perasaannya. Itulah pertanda bahwa
pemikiran kita tidak akan mampu menjangkau pemikiran spiritualisme, hanya
sebagian kecil saja. Kemudian sehebat-hebat
perkataanku tidaklah mampu mengucapkan semua pikiranku, sehebat-hebat tulisanku
tidaklah mampu untuk menuliskan semua ucapanku, sehebat-hebat langkahku, tindakanku,
segesit-gesit, slincah apapun bak pendekar tidak akan mungkin melaksanakan semua tulisanku, apalagi kata-kataku, apalagi
pikiranku.
Nah pernikahan itu unsur yang
lengkap yang ada materialnya, ada formalnya, ada normatifnya, dan ada
spiritualnya. Jadi,
ada bagian dari pernikahan itu yang tidak mampu dipikirkan oleh
manusia. “kenapa kok bisa ya kita berjodoh, kok bisa ya aku
jadi istrimu” ada juga yang sudah menyebar undangan tapi malah batal.
Ternyata ada unsur yang lain yang
tidak mampu dipikirkan. Kerena kita tidak
mampu memikirkannya, diatas filsafat adalah spiritual maka tetapkan lah dengan
doa tetapi kalau masalah keluarga kita hanya memikirkannya saja maka akan
timbul variasi, karna spiritual dari langit turun kebumi sedangkan filsafat
hanya dibumi, menggapai langit pun tidak akan pernah sampai maka barang siapa
yang menghadapi urusan langit dengan bumi hanya berangkat dari bumi saja, pasti
akan banyak kesalahannya. Misalkan menterjemahkan jodoh sebagai cinta, kalau nikah belakangan lah, nikah kan ada
administrasi, wawancara, keKUA dan lain-lain, yang penting kita cinta mari
hidup bersama, nah ketika sudah memiliki anak tiga tahu-tahu si plontos ini sakit dan kemudian sembuh, mari
kita bersyukur dan langsung menikah, ada?, ya ada yang seperti itu, dia
memandang pernikahan dari dunia saja dan dari sisi pikiran saja. Cinta, cinta
dieksistensikan aku mencinta wanita, kenapa hanya wanita, kenapa laki-laki
tidak bisa mencintai laki-laki? Nah pandangan seperti ini hanya melihat cinta
dari bumi saja dan mengabaikan spiritual. Sama seperti waktu aku didatangi
dosen dari luar, dia heran “loh kenapa perkuliahan dimulai dengan berdoa, apa
hubungan matematika dengan doa?, dari sana terlihat jelas turunnya value
(nilai) keagamaan didalam dirinya, sudah mulai lupa dengan unsur spiritualnya. Jadi
kalau kita melihat jodoh, kalau kita turunkan lagi lebih ngeri lagi, bagaimana kita melihat seekor monyet, dimana
monyet memiliki jodoh yang berbeda-beda, disini beda dan disana beda, kesana
lagi malah sudah berganti pasangan lagi. Nah ternyata Biji-bijian itu
berjodoh dengan
pohon, misalnya biji cipir tumbuh berlawanan arah dengan jarum jam, nah mencari
jodoh dia”. Biji-bijian
itu punya potensi untuk mencari jodohnya. Potensi bila
dinaikan lagi menjadi naluri atau insting pada hewan, kemudian dinaikan lagi menjadi
intuisi pada manusia. Jadi setiap bahasa itu sesuai dengan levelnya. Tidak cocok
bila saya mengatakan kedelai itu punya intuisi. Kata-kata saya yang menyesuaikan
itulah yang disebut menembus ruang dan waktu. Maka
orang yang cerdas itu adalah orang yang sopan dan santun terhadap ruang dan
waktu. Maka dari itu jawaban atas pertanyaan
tentang jodoh bila dinaikan lagi
pemikiran manusia jadi bersifat relatif, tidak ada yang bersifat absolut. Semuanya bersifat relative.
Pertanyaan kedua
diajukan oleh saudari Aida Rukmana, beliau menanyakan “Bagaimana jika
tujuan itu tidak terpenuhi??”
Bapak kembali menjawab : “Jadi begini, Filsafat
dari tujuan adalah idealis, idealis adalah sesuatu didalam pikiran, antara
pikiran dan fakta belum tentu sinkron. Dan sekarang terpenuhi atau tidak
terpenuhi dari tujuan idealis itu. jadi banyak perspektif untuk mendekatinya
misalnya dari sisi tesis dan antitesisnya. Usaha, berpikir, hidup, tidak lain
dan tidak bukan dari dua unsur atau banyak yang kita sintesiskan. Contoh
sintesis antara berhasil dan tidak berhasil, sintesis antara kenyatan dan
tujuan, sintesis antara takdir dan fakta, sintesis antara sehat dan sakit.
Kemudian jika dinaikkan ke ranah spiritual maka yang
dipikirkan manusia itu semuanya bersifat relative. Tidak ada yang absolut. Yang
absolut hanyalah kuasa tuhan. Karena relative manusia tidak mengerti bahwa
kriteria keberhasilan yang dikehendaki itu punya perspektif yang lain yang
tidak dikehendakinya. Misalnya gagal disuatu tempat tetap ada usaha dan
seterusnya dia menemukan keberhasilan dengan segmen dan karakter yang berbeda
tetapi maknanya justru berlipat ganda.
Kemudian beliau kembali menceritakan pengalaman beliau, dulu
rumah saya ada pohon bambu yang berasal dari tetangga yang memiliki pohon bambu, pas hujan turun bambunya
menutupi rumah saya. Namun, untuk
menegurnya saya
tidak mampu karena saya
menghargai perasaan tetangga saya dan
tetangga saya itu warga asli di wilayah tersebut. Sebenarnya
saya telah memberi tahu
kepada tetangga saya
namun jawaban tetangga saya
“bisa di potong namun hanya bagian atas saja”, artinya dia tidak menyetujui kalau bambunya dipotong semuanya.
Akhirnya saya hanya
berdoa saja kepada Tuhan yang Maha
Esa agar masalah yang belum
terselesaikan bisa terselesaikan. Jika ingin damai dunia
dan akhirat pantang bermusuhan dengan tetangga, itu merupakan tips dalam hidup
bermasyarakat. Karena tetangga adalah saudara
terdekat kita. Jalan yang ditempuh
spiritual. Mohon
pertolongan kepada tuhan akhirnya setelah beberapa tahun terkabul doanya.
Akhirnya ternyata tanahnya di
jual sehingga bambunya dipotong.
Kadang-kadang kita merasa dunia itu
sempit.
Menunda
perkara, menunda sikap, juga dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Sekarang ternyata rumah saya menjadi center. Jika belum terpenuhi itu berarti
sangat relatif. Sangat relatif jika dinaikkan ke spiritual berarti kesimpulan
yang positif thinking. Negative thingking merupakan penyakit dalam filsafat dan
penyakit dalam spiritual.
Negative thingking merupakan masalah krusial dan jika
dilihat dari dimensi ruang dan waktu. Orang yang negative thingking adalah
orang yang bertindak, berpikiran dan bersikap yang tidak sesuai dengan ruang
dan waktu. Orang yang bersikap seperti ini jika diturunkan secara material,
naik turun sedikit psikologi material dia tidak sadar telah melakukan
pemerkosaan. Tetapi setiap ada yang mungkin ada, ternyata anda telah berlaku
dzalim dengan cara tidak sadar ruang dan waktunya. Tidak tepat ruang dan
waktunyadengan cara memperkosa keadaan atau sifat. Yang diperkosa bisa sifat
orang lain atau diri sendiri.
Pertanyaan ketiga
diajukan oleh saudari evvy, beliau
menanyakan “kenapa matematika disebut koherentism?”
Matematika yang
dimaksudkan disini adalah matematika murni. Matematika murni terdiri dari
definisi, aksioma, teorema. Identik artinya identitas yang dipentingkan
konsisten. Konsisten Bahasa filsafatnya koheren maka alirannya koherentism,
lawannya koherentism yang cocok ruang dan waktunya yaitu korespondensi. Jadi
didalam pikiran koheren dan didalam pikiran koresponden. Contoh yang
diungkapkan oleh salah satu orang sama dengan yang diucapkan orang kedua maka
disebut koresponden. Didalam matematika logiak tidak perlu cocok dengan
kenyataan sebagai contoh dengan menggunakan pemisalan. Dan ini ditentang oleh
imanuel kant. Imanuel kant berpendapat harus sesuai dengan pengalaman bisakah
kita hidup dengan pikiran atau pengalaman saja. tentu tidak semua harus
sinkron. Hidup merupakan interaksi antara pikiran dan pengalaman.
Pertanyaan keempat
diajukan oleh saudara Heru, beliau menanyakan “bagaimana
para filsuf menjawab ketidakpastian dalam hidupnya?”
Persoalan filsafat yaitu jika yang kau pikirkan ada
didalam pikiranku maka yang jadi persoalan adalah bagaimana engkau mampu
menjelaskan kepada orang lain. Jadi yang dibangun itu semua yang ada dan yang
mungkin ada.
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'aikum wr.wb.
0 komentar:
Posting Komentar