Selasa, 15 Desember 2015

Refleksi kelima



JODOH ITU RELATIF
Oleh : Tri Kurniah Lestari, S.Pd.

Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatu
Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada selasa tanggal 13 Oktober 2015 jam 11.10 sampai dengan 12.50 diruang 305b gedung lama pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta prodi pendidikan matematika kelas a pada matakuliah filsafat ilmu dengan dosen pengapuh Prof. Dr. Marsigit, M.A.. Perkuliahan ini kembali diawali dengan tanya jawab cepat yang diberikan oleh pak marsigit. Bapak mengemukakan soal dan kami harus menjawab dengan cepat diselembar kertas. Keadaan kelas tetap terlihat tegang karna setiap orang masih bertanya-tanya dalam hatinya mengenai soal yang akan diberikan oleh bapak. Pertanyaan yang dikemukakan yaitu mengenai istilah-istilah filsafat, yang disajikan sebagai berikut :

No
Soal
Jawaban
No
Soal
Jawaban
1
Apa filsafatnya yang tersembunyi?
Metafisika
26
Apa filsafatnya yang berubah?
heraklitos
2
Apa filsafatnya yang kelihatan?
Realisme
27
Apa filsafatnya yang tetap?
absolutisme
3
Apa filsafatnya yang terdengar?
Realisme
28
Apa filsafatnya yang tidak pasti?
relatifisme
4
Apa filsafatnya yang dapat dipegang?
Realisme
29
Apa filsafatnya mencoba?
saintisisme
5
Apa filsafatnya tujuan?
idealisme
30
Apa filsafatnya pengalaman?
empirisisme
6
Apa filsafatnya hasil?
sintesis
31
Apa filsafatnya khayalan?
fiksionisme
7
Apa filsafatnya beda?
kontradiksi
32
Apa filsafatnya ragu-ragu?
skeptisisme
8
Apa filsafatnya arwah?
noumena
33
Apa filsafatnya batu?
materialisme
9
Apa filsafatnya yang ada?
eksitensiensi
34
Apa filsafatnya cinta?
romantisisme
10
Apa filsafatnya yang sama?
identitas
35
Apa filsafatnya manfaat?
utilitarisme
11
Apa filsafatnya di luar?
transenden
36
Apa filsafatnya pasrah?
fatalisme
12
Apa filsafatnya yang di dalam?
intersin
37
Apa filsafatnya berusaha?
fitalisme
13
Apa filsafatnya yang di luar?
ektensif
38
Apa filsafatnya bahasa?
analogi
14
Apa filsafatnya yang tinggi?
transenden
39
Apa filsafatnya yang benar?
epistimologi
15
Apa filsafatnya yang jauh?
teleologi  teori Imanuel Khan
40
Apa filsafatnya yang salah?
validisme
16
Apa filsafatnya yang besar?
makrokosmis
41
Apa filsafatnya memilih?
reduksisme
17
Apa filsafatnya yang kecil?
mikrokosmis
42
Apa filsafatnya terpisah?
separatisme
18
Apa filsafatnya jika maka?
koherentisme
43
Apa filsafatnya tuntas?
radikalisme
19
Apa filsafatnya berpikir?
sintesis
44
Apa filsafatnya menentukan?
diterminisme
20
Apa filsafatnya konsisten?
koherentisme
45
Apa filsafatnya sejarah?
hegelialisme
21
Apa filsafatnya tautologi?
koherentisme
46
Apa filsafatnya kuasa?
makiafelisme
22
Apa filsafatnya matematika murni?
koheretisme
47
Apa filsafatnya mengabaikan?
abstraksi
23
Apa filsafatnya bertanya?
dialegtisisme
48
Apa filsafatnya efisien?
pragmatisme
24
Apa filsafatnya menjawab?
dialegtisme
49
Apa filsafatnya sebab utama?
kausa prima
25
Apa filsafatnya yang tetap?
permenides
50
Apa filsafatnya sebab pertama?
kausa prima

Seperti pada minggu lalu setiap mahasiswa menjawab dengan pemahaman masing-masing, ketika lembar jawaban diperiksa, ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai yang baik, dan ada yang masih sama seperti sebelumnya. Dan lagi-lagi satu pun jawaban saya tidak ada yang benar. Selanjutnya bapak mengingatkan kembali untuk membaca blog bapak sesering mungkin.

Tes yang diadakan menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu dilanjutkan kembali dengan pemberian materi oleh pak marsigit. Sistem perkuliahan masih sama seperti 3 pertemuan sebelumnya, yaitu lebih banyak mendengar dan merekam apa yang disampaikan oleh bapak. Topik yang dibicarakan saat ini yaitu membahas mengenai pertanyaan yang diajukan secara tulisan.

Pertanyaan pertama diajukan oleh saudari Azmi yulianti, beliau menanyakan “Apakah jodoh bersifat relatif?

Kemudian bapak mulai menjawab dengan mengatakan “ kita pertama-tama posisikan dulu filsafat itu sebagai olah pikir. Kemudian tetapkan tataran dimensinya mulai dari bawah sampai atas yaitu mulai dari yang paling bawah yaitu material hingga yang paling atas yaitu spiritual dan diantara material dan spiritual itu ada normatif. Masalah jodoh itu harus dijelaskan apakah dia perkawinan, percintaan, atau pernikahan.  Sehebat hebat pikirankku tidaklah aku mampu menjelaskan semua perasaanku,  walaupun aku manusia setengah dewa. Seperti raja Thailand yang dianggap setengah dewa bagi raktyatnya tetapi tetaplah dia tidak akan mampu menjelaskan semua perasaannya. Itulah pertanda bahwa pemikiran kita tidak akan mampu menjangkau pemikiran spiritualisme, hanya sebagian kecil saja. Kemudian sehebat-hebat perkataanku tidaklah mampu mengucapkan semua pikiranku, sehebat-hebat tulisanku tidaklah mampu untuk menuliskan semua ucapanku, sehebat-hebat langkahku, tindakanku, segesit-gesit, slincah apapun bak pendekar tidak akan mungkin melaksanakan semua tulisanku, apalagi kata-kataku, apalagi pikiranku.

Nah pernikahan itu unsur yang lengkap yang ada materialnya, ada formalnya, ada normatifnya, dan ada spiritualnya. Jadi, ada bagian dari pernikahan itu yang tidak mampu dipikirkan oleh manusia. “kenapa kok bisa ya kita berjodoh, kok bisa ya aku jadi istrimu” ada juga yang sudah menyebar undangan tapi malah batal. Ternyata ada unsur yang lain yang tidak mampu dipikirkan. Kerena kita tidak mampu memikirkannya, diatas filsafat adalah spiritual maka tetapkan lah dengan doa tetapi kalau masalah keluarga kita hanya memikirkannya saja maka akan timbul variasi, karna spiritual dari langit turun kebumi sedangkan filsafat hanya dibumi, menggapai langit pun tidak akan pernah sampai maka barang siapa yang menghadapi urusan langit dengan bumi hanya berangkat dari bumi saja, pasti akan banyak kesalahannya. Misalkan  menterjemahkan jodoh sebagai cinta, kalau nikah belakangan lah, nikah kan ada administrasi, wawancara, keKUA dan lain-lain, yang penting kita cinta mari hidup bersama, nah ketika sudah memiliki anak tiga tahu-tahu si plontos ini sakit dan kemudian sembuh, mari kita bersyukur dan langsung menikah, ada?, ya ada yang seperti itu, dia memandang pernikahan dari dunia saja dan dari sisi pikiran saja. Cinta, cinta dieksistensikan aku mencinta wanita, kenapa hanya wanita, kenapa laki-laki tidak bisa mencintai laki-laki? Nah pandangan seperti ini hanya melihat cinta dari bumi saja dan mengabaikan spiritual. Sama seperti waktu aku didatangi dosen dari luar, dia heran “loh kenapa perkuliahan dimulai dengan berdoa, apa hubungan matematika dengan doa?, dari sana terlihat jelas turunnya value (nilai) keagamaan didalam dirinya, sudah mulai lupa dengan unsur spiritualnya. Jadi kalau kita melihat jodoh, kalau kita turunkan lagi lebih ngeri lagi,  bagaimana kita melihat seekor monyet, dimana monyet memiliki jodoh yang berbeda-beda, disini beda dan disana beda, kesana lagi malah sudah berganti pasangan lagi. Nah ternyata  Biji-bijian itu berjodoh dengan pohon, misalnya biji cipir tumbuh berlawanan arah dengan jarum jam, nah mencari jodoh dia”. Biji-bijian itu punya potensi untuk mencari jodohnya. Potensi bila dinaikan lagi menjadi naluri atau insting pada hewan, kemudian dinaikan lagi menjadi intuisi pada manusia. Jadi setiap bahasa itu sesuai dengan levelnya. Tidak cocok bila saya mengatakan kedelai itu punya intuisi. Kata-kata saya yang menyesuaikan itulah yang disebut menembus ruang dan waktu.  Maka orang yang cerdas itu adalah orang yang sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Maka dari itu jawaban atas pertanyaan tentang jodoh bila dinaikan lagi pemikiran manusia jadi bersifat relatif, tidak ada yang bersifat absolut. Semuanya bersifat relative.  

Pertanyaan kedua diajukan oleh saudari Aida Rukmana, beliau menanyakan “Bagaimana jika tujuan itu tidak terpenuhi??”
Bapak kembali menjawab : “Jadi begini, Filsafat dari tujuan adalah idealis, idealis adalah sesuatu didalam pikiran, antara pikiran dan fakta belum tentu sinkron. Dan sekarang terpenuhi atau tidak terpenuhi dari tujuan idealis itu. jadi banyak perspektif untuk mendekatinya misalnya dari sisi tesis dan antitesisnya. Usaha, berpikir, hidup, tidak lain dan tidak bukan dari dua unsur atau banyak yang kita sintesiskan. Contoh sintesis antara berhasil dan tidak berhasil, sintesis antara kenyatan dan tujuan, sintesis antara takdir dan fakta, sintesis antara sehat dan sakit.
Kemudian jika dinaikkan ke ranah spiritual maka yang dipikirkan manusia itu semuanya bersifat relative. Tidak ada yang absolut. Yang absolut hanyalah kuasa tuhan. Karena relative manusia tidak mengerti bahwa kriteria keberhasilan yang dikehendaki itu punya perspektif yang lain yang tidak dikehendakinya. Misalnya gagal disuatu tempat tetap ada usaha dan seterusnya dia menemukan keberhasilan dengan segmen dan karakter yang berbeda tetapi maknanya justru berlipat ganda. Kemudian beliau kembali menceritakan pengalaman beliau, dulu rumah saya ada pohon bambu yang berasal dari tetangga yang memiliki pohon bambu, pas hujan turun bambunya menutupi  rumah saya. Namun, untuk menegurnya saya tidak mampu karena saya menghargai perasaan tetangga saya dan tetangga saya itu warga asli di wilayah tersebut. Sebenarnya saya telah memberi tahu kepada tetangga saya namun jawaban tetangga saya “bisa di potong namun hanya bagian atas saja”, artinya dia tidak menyetujui kalau bambunya dipotong semuanya. Akhirnya saya hanya berdoa saja kepada Tuhan yang Maha Esa agar masalah yang belum terselesaikan bisa terselesaikan. Jika ingin damai dunia dan akhirat pantang bermusuhan dengan tetangga, itu merupakan tips dalam hidup bermasyarakat. Karena tetangga adalah saudara terdekat kita. Jalan yang ditempuh spiritual. Mohon pertolongan kepada tuhan akhirnya setelah beberapa tahun terkabul doanya. Akhirnya ternyata tanahnya di jual sehingga bambunya dipotong. Kadang-kadang kita merasa dunia itu sempit. Menunda perkara, menunda sikap, juga dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Sekarang ternyata rumah saya menjadi center.  Jika belum terpenuhi itu berarti sangat relatif. Sangat relatif jika dinaikkan ke spiritual berarti kesimpulan yang positif thinking. Negative thingking merupakan penyakit dalam filsafat dan penyakit dalam spiritual.

Negative thingking merupakan masalah krusial dan jika dilihat dari dimensi ruang dan waktu. Orang yang negative thingking adalah orang yang bertindak, berpikiran dan bersikap yang tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Orang yang bersikap seperti ini jika diturunkan secara material, naik turun sedikit psikologi material dia tidak sadar telah melakukan pemerkosaan. Tetapi setiap ada yang mungkin ada, ternyata anda telah berlaku dzalim dengan cara tidak sadar ruang dan waktunya. Tidak tepat ruang dan waktunyadengan cara memperkosa keadaan atau sifat. Yang diperkosa bisa sifat orang lain atau diri sendiri.

Pertanyaan ketiga diajukan oleh saudari evvy, beliau menanyakan “kenapa matematika disebut koherentism?”

 Matematika yang dimaksudkan disini adalah matematika murni. Matematika murni terdiri dari definisi, aksioma, teorema. Identik artinya identitas yang dipentingkan konsisten. Konsisten Bahasa filsafatnya koheren maka alirannya koherentism, lawannya koherentism yang cocok ruang dan waktunya yaitu korespondensi. Jadi didalam pikiran koheren dan didalam pikiran koresponden. Contoh yang diungkapkan oleh salah satu orang sama dengan yang diucapkan orang kedua maka disebut koresponden. Didalam matematika logiak tidak perlu cocok dengan kenyataan sebagai contoh dengan menggunakan pemisalan. Dan ini ditentang oleh imanuel kant. Imanuel kant berpendapat harus sesuai dengan pengalaman bisakah kita hidup dengan pikiran atau pengalaman saja. tentu tidak semua harus sinkron. Hidup merupakan interaksi antara pikiran dan pengalaman.

Pertanyaan keempat diajukan oleh saudara Heru, beliau menanyakan “bagaimana para filsuf menjawab ketidakpastian dalam hidupnya?”

Persoalan filsafat yaitu jika yang kau pikirkan ada didalam pikiranku maka yang jadi persoalan adalah bagaimana engkau mampu menjelaskan kepada orang lain. Jadi yang dibangun itu semua yang ada dan yang mungkin ada.

Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'aikum wr.wb.




0 komentar:

Posting Komentar

Translate